Fiuh..lepas satu ketegangan..

Bismillah...
Hari ini saya maju seminar 1 untuk mepresentasikan penelitian Tugas Akhir saya selama kurang lebih 1 semester ini. Dari semalem perasaannya sudah tidak menentu, dag..dig..dug..derr..lah rasanya. Memang bisa dibilang modal nekat untuk maju seminar hari ini. Soalnya, bayangin aja slide yang akan dipresentasikan baru disetujui oleh dosen pembimbing H-2 seminar. Jadi saya nekat menentukan tanggal seminar dulu baru slide-nya diberesin. Dan alhamdulillah akhirnya beres juga sebelum hari ini.
Kata temen-temen yang nonton sih, saya cukup berhasil, padahal menurut saya sendiri masih banyak kekurangannya, soalnya saya sempat spechless dan merasa keletihan di tengah-tengah presentasi saya. Memang sih, tampaknya lebih enak kalo seminarnya pagi, lebih fresh-sedangkan seminar saya tadi diadakan pada jam 1 siang. Ya.. ambil pelajarannya saja, untuk ke depannya seminarnya pagi dan jangan pake modal nekat aja, tapi persiapan latihan presentasi perlu dipersiapkan sejauh mungkin juga.
Dari seminar tadi, cukup banyak ide2 dan masukan dari dosen penguji, karena memang di TA saya ini terlalu banyak penyederhanaan (asumsi), sehingga jika dibawa ke kehidupan nyata agak2 kurang realistis. Tapi, saya harus tetap optoimis dan semangat, walaupun dengan waktu 2,5 bulan ini rasanya kurang untuk menyelesaikan TA saya ini dengan ide2 yang ditambahkan dosen penguji tadi, tapi sekali lagi, saya harus tetap optimis... Allohu akbar..La haula wa laa kuwwata illa billah..
Wah.., satu hal yang pasti..sore ini saya merasa senang..!! karena berkurang satu tantangan hidup saya... ;D What next?? Wallohua'lam, hanya Dia yang Tahu.
"Apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, maka lakukanlah urusan lain dengan semangat. Bersama kesulitan, pasti ada kemudahan."

kangen dengan sosok ayah

Bismillah...
Sore ini sepulang dari kampus, saya tertegun melihat seorang anak yang dipangku ayahnya. Entah mengapa, pada saat itu saya terkenang akan sosok almarhum ayah. Jika beliau masih ada saat ini, pasti beliau sudah berumur sekitar 50 tahunan. Tak terasa, sudah 9 tahun berlalu-sejak kepergian ayah, saya tidak merasakan lagi canda riang dengannya. Walaupun dulu, sewaktu saya kecil, saya sering marah jika beliau mulai iseng menjaili saya. Tapi ternyata sekarang saya rindu dengannya. Memang, penyesalan selalu datang di akhir. Saya sering menyesal, merasa belum maksimal berbakti kepadanya. Terutama saat beliau sedang sakit. Saya dahulu lebih sering bermain bersama saudara kembar dan teman-teman sekitar rumah, dibandingkan dengan menjaganya ketika beliau sakit.
Untuk mengobati rindu untuk bercanda kembali dengannya, saya selalu berdoa mudah-mudahan kami dipertemukan kembali, entah dimana... Moga di Syurga-Nya yang abadi. Amin.

Ya Rabb, titip rindu untuk ayahku tersayang...

Oh bunda....

Saat ini saya sedang di jakarta. Di akhir penghujung Ramadhan yang mulia ini, ada sepenggal kisah yang membuat saya merenung.
Suatu hari di sela-sela obrolan siang saya besama mamah, ada cerita menarik yang mengetuk hati saya. Walaupun tidak ada yang spesial dari cerita tersebut, entah mengapa cerita itu membuat saya merenung. Beliau bercerita tentang bisnis kue lebarannya yang lumayan tahun ini dan intrik-intrik yang menyertai proses pembuatan kue tersebut.
Intrik yang akan saya angat dalam media blogger ini yaitu tentang pembagian uang upah para karyawan yang ikut membantu ibu memproduksi pesanan kue lebaran. Alhamdulillah, walaupun omset tidak terlalu besar, mamah bisa bagi-bagi rejeki ke saudara-saudara-karena sebagian besar karyawannya adalah saudara dari mamah sendiri. Di antara para karyawan tsb, terdapat ibu dan anak. Sang ibu memilih untuk dibayar harian sedangkan sang anak memilih untuk dibayar di akhir proses produksi. Jadi saat para karyawan di penghujung Ramadhan menerima Gajinya, sang ibu tidak lagi. Saat pembagian gaji, sang anak tidak ada di Jakarta karena harus menjemput adiknya di kampung untuk berlebaran di Jakarta. Mereka memilih Lebaran di Jakarta karena tidak punya uang yang cukup untuk mudik. Sebagian besar anggota keluarga mereka kini tinggal di Jakarta. Saat diberitahukan jumlah uang yang diperoleh si anak sebagai hasil jerih payahnya selama ini, sang anakpun terkejut seraya berucap hamdalah dikarenakan jumlah uangnya yang cukup besar. Namun ada satu hal yang membuat saya terkejut, sang anak berkata "mamah is, uang gaji 'B' jangan dititipin ibu ya..". Mengapa bisa begitu? Mamah saya menduga, bisa jadi uangnya khawatir dipake-lantas habis. Ada beberapa hal yang menurut saya janggal mewarnai hubungan seorang ibu dan anak. Diantaranya tidak adanya kepercayaan antara keduanya. Selain itu, kejadian itu makin membuat saya semakin percaya akan kebenaran peribahasa "Kasih ibu sepanjang hayat, kasih anak sepajang galah". Padahal, walaupun dalam mendidik anak seorang ibu tidak minta untuk dibayar, sudah sepatutnya sang anak membalas kebaikannya sebaik mungkin, dalam hal ini misalnya menyisihkan sedikit penghasilannya untuk ibu tersayang. Bahkan jika semasa hidup sang anak berusaha untuk membalas kebaikan ibunda, saya pikir tidak akan pernah cukup.
Bunda.......saya sayang bunda... Begitu besar pengorbananmu kepada kami- anak-anakmu...
Kami- anak-anakmu tidak akan pernah melupakan pengorbananmu itu...

Susahnya ngubah kebiasaan buruk!!

Bismillah..
Senin pagi kuliah KS-Ter...
Datang terlambat beberapa menit, dosen udah ada di dalam kelas.
Perjanjian di awal perkuliahan, kalo udah ada ibu di dalam kelas, mk ga boleh masuk.
Pagi itu perkuliahan belum dimulai, ibu baru masuk kelas, dan aku minta ijin masuk-ternyata diperbolehkan.
Namun...
Setelah perkuliahan dimulai... dan ibu sedang menerangkan materi kuliah di papan tulis...
satu orang masuk..
Beberapa menit kemudian... orang kedua masuk...
Akhirnya ibu jengkel... Seisi kelas kena getahnya...
Nasihat dan teguran yang masih saya ingat sampai kini, "Jangan jadi orang egois! Kalo kita datang terlambat ke dalam kelas, kita bukan hanya rugi sendiri, tapi merugikan seisi kelas karena perkuliahan terganggu (perhatian kelas beralih ke orang yang baru datang). Kalo kita terlambat, kita korupsi waktu kuliah namanya. Waktu konsentrasi yang seharusnya full buat kuliah, terpotong oleh oknum-oknum yang terlambat"

Jadi teringat perkataan pemateri di SSG, pak Rizal Zulkarnaen. Terlambat itu masalah mental, bukan karena masalah alasan2 teknis.. Kalo mau merubahnya maka harus dimulai dari cara pandang/berpikirnya..
Waktu pas SSG bisa dateng on-time, tapi kalo udah diluar itu.. Hmmm balik lagi ke kebiasaan lama deh..

Oke deh pak.. bu.. Pokoknya saya harus tepat waktu!! Berubah.. slow but sure.. insya allah!!

Kuangen ama blogger

Bismillah..
Udah lama gak mengunjungi my lovely blogger. Selama liburan, aq jarang banget nge-net euy.. Liburan ini bukannya nyantai, tapi ada kesibukan lain. Ikutan ssg, mulai bimbingan ama dosen, dll, ternyata cukup menyita waktu. Tak terasa waktu terus berlalu, dan sepekan lagi perkuliahan sudah akan dimulai. Tentunya semangat baru, impian/cita-cita baru, dan targetan baru menunggu untuk diamalkan dengan ikhtiar yang terbaik. Supaya tidak ada penyesalan di akhir semester ini, tentunya usaha harus dimaksimalkan. Doa orang tua menyertai ikhtiar kita. Semoga Ridho-Nya juga senantiasa menyertai setiap langkah kita di dunia, karena Ridho-Nya ada pada Ridho orang tua kita.. Amiin... Ayo semangat ti!! caiyo!! Semangat juga untuk teman-temanku..!! Baik yang sudah lulus atau yang akan lulus.. ;P
Wassalam.

Seperti apakah akhir hidup kita??

Bismillah...
Hari ini saya, saudara kembar saya (laki-laki), dan temannya, pergi ke daerah sadang serang untuk menjenguk nenek yang sakit, nenek tiri dan nenek buyut. Kedua nenek saya tersebut tinggal di rumah yang sama. Mereka berdua sedang sakit. Sakit karena memang umur yang sudah tua. Nenek buyut menderita sakit saraf tubuh bagian kanan lumpuh, jadinya beliau hanya bisa tidur dan duduk saja, kalau mau dudukpun harus dibantu oleh orang lain. Sakit yang diderita mbah buyut ini, bermula dari penyakit stroke. Kalau lihat kondisinya saat ini, sungguh mengharukan. Lisan beliau sudah tidak bisa berbicara dengan jelas, hanya bisa berbicara satu sampai empat kata, yaitu "uba.., pi..pi..pi..., dsb". Beliau mengerti apa yang kita bicarakan, tapi apa yang ingin beliau sampaikan ke orang lain, tidak bisa didengar jelas, bahkan gak jelas banget.
Sedangkan nenek tiri saya menderita sakit di sekitar tulang belakang dan pinggang, katanya beliau mah, urat syarafnya kejepit. Sakitnya itu bermula dari operasi kangker rahim yang harus beliau jalani beberapa bulan yang lalu. Setelah operasi itu beliau harus menjalani kemoterapi yang sampai-sampai membuat rambut beliau rontok-dan hampir botak. Efek dari kemoterapi itu juga membuat beliau gak nafsu makan. Yang menyedihkan lagi, setelah di-kemo, beliau tidak langsung sehat, gak berapa lama, ya itu... urat syaraf yang ada di sekitar tulang belakangnya terjepit. Dan setelah beliau periksa ke rumah sakit lagi, perihal penyakit baru tersebut, beliau disarankan untuk melakukan operasi lagi di sekitar tulang belakang oleh dokter. Namun beliau menolak operasi tersebut. Bisa jadi karena trauma dan pertimbangan biaya juga. Soalnya kata bayu-saudara kembar saya yang mengambil jurusan biologi di UPI, mendapat informasi dari dosennya bahwa untuk operasi syaraf kira-kira membutuhkan biaya 5-10 juta rupiah. Ck..ck.., angka yang tidak kecil bukan?? Kalaulah ada metode penyembuhan lain selain operasi, pasti beliau memilihnya. Benar saja..., akhirnya saat itu sampai sekarang beliau memilih untuk melakukan metode penyembuhan non medis (dengan alternatif2). Kami yang berkunjung ke sana, hanya bisa menyarankan beliau untuk tetap bersabar dan mendoakan mereka semoga lekas sembuh.
Apa ya..? Mmm.. ibroh yang bisa saya ambil dari kunjungan saya itu adalah saya berfikir seperti apakah akhir hidup kita nantinya. Apakah berakhir di tempat tidur karena sakit dan menyusahkan orang-orang tersayang yang ada di sekitar kita, ataukah berakhir karena kejadian lain? Saya tidak tahu dan tidak akan pernah tahu. Entahlah, yang terbesit dalam benak saya saat ini adalah, saya tidak ingin mengakhiri hidup saya ini dengan menyusahkan orang lain. Bahkan mungkin, saya berharap saya bisa mengakhiri hidup ini dalam keadaan berjuang menegakkan diin-Nya. Bagaimanapun kondisi akhir hidup saya, satu hal yang pasti saya ingin meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Amiiin Ya Robbal 'alamiin.
Waallahu a'lam bishowab. Wassalam.

Agar disayang oleh-Nya

Bismillah...

"Sayangilah manusia di muka bumi, niscaya Dia akan menyayangimu..."

Siapa juga yang gak pingin disayang oleh Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kaya, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Adil, Yang Maha segala-galanya...
Kasih sayang yang kita rasakan di bumi ini ternyata hanyalah 1/100 kali kasih sayang-Nya. Pernah dengar kisah seorang induk burung yang rela menyelamatkan anaknya yang saat sedang belajar terbang-ia terjatuh, kemudian hendak dimakan seekor serigala..? Dan pada akhirnya yang jadi santapan serigala adalah sang ibu burung tersebut? Pernah dengar kisah seorang ibu yang rela dan tanpa pikir panjang menerjang api yang sedang membakar sebuah rumah, demi menyelamatkan sang anak yang sedang tertidur..? Pernah dengar kisah induk gajah yang susah payah berusaha untuk menyelamatkan anaknya yang terjebak dalam kubangan lumpur..? Cukup repot dan bisa jadi tak akan pernah cukup waktu dan lembaran-lembaran yang tersedia di muka bumi ini untuk mencatat milyaran kisah tentang kasih sayang antara sesama manusia. Bahkan mungkin jika lautan jadi tinta dan pohon jadi penanya, tidak akan pernah cukup untuk menulis kisah tersebut. Saya tidak melebih-lebihkan. Jika anda mau merenung barang sejenak saja, pasti sepakat dengan saya... ;)
Tapi... memang cukup sulit tuk bisa menyayangi manusia dengan sepenuh hati dan ikhlas. Siapa pun itu.. Di jaman yang marak dengan kriminal ini, kita dituntut untuk tetap bersikap waspada. Mmm... antara waspada dan tidak berburuk sangka. Antara curiga dan bersikap senyum, sopan, salam, santun... Cukup sulit memang berada di titik keseimbangan. Tapi, kalo kita sudah berhasil mencapainya, ganjaran yang akan kita rasakan tampaknya memang nikmat luar biasa... Kebahagiaan dunia dan akhirat yang diimpikan oleh setiap manusia di muka bumi, akan terealisasi. Ck..ck.. I want to be like that... ^_^ Sedang belajar untuk bisa menyayangi orang lain dengan sepenuh hati. Terkadang kekurangan orang lain yang Allah swt. tampakkan di hadapan kita, membuat kerikil-kerikil di hati ini. Namun, ada nasihat dari seorang bijak : "cobalah untuk melupakan kekurangan orang lain, dan berusahalah untuk mengingat-ingat kebaikan-kebaikannya. Niscaya hal tersebut akan mengharmoniskan hubungan antara keduanya..". Waallahua'lam bishowab.
Wassalam.

Ujian stat-mat tea...

Assalamu'alaikum..
bismillah...
Hari ini ada ujian statmat. Dah lewat tadi j10.00 wib. Soalnya, dari catetan semua keluar!
Semalem udah berusaha untuk belajar statmat. Tapi entah mengapa, semalem belajarnya kok gak masuk-masuk, ada perasaan gak enak yang mengganjel. Saya merasa seperti ada yang menghalangi hati ini untuk menerima ilmu (dalam hal ini ilmu statistika matematika). Mungkin itu hanya perasaan aja, atau emang si devil yang berusaha ngeganggu kita dalam melakukan amal kebaikan. Tapi tetep wee, saya memaksakan diri untuk mempersiapkan buat belajar besok. Saya tidak ingin menjadi orang yang pesimis. Pokoknya persiapkan diri semaksimal mungkin. Saya berharap, mudah-mudahan pertolongan-Nya datang.
Setelah malam yang penuh dengan gejolak itu lewat, dini hari-paginya berusaha lagi buat mempersiapkan statmat. Ya udah.... deng... akhirnya waktu sudah menunjukkan pk.08.00 wib. Siap-siap deh ke kampus, buat ujian.
Pasrah... Jadinya deh, tadi cuma bisa ngerjain kurang lebih 60 %.
Masih berharap, mudah-mudahan hasil yang keluar nanti (nilainya) lebih baik... ;P Amiiin.

Besok masih ada ujian. Perjuangan belum usai ti...!!!
Wassalam.

Salah satu fase yang harus dilewati

Bismillah...
Tadi, kira-kira j15.00-an saya dan yuti dateng ke kokesma buat nanya-nanya tentang MDP (pokoknya tentang magang waktu liburan gtu de..).
Dunia Pasca kampus... Gak kebayang deh rupanya kayak gimana. Emang siy agak-agak bahagia karena lepas dari yang namanya kuliah yang penuh tekanan. Tapi, di satu sisi, ada rasa sedikit kekhawatiran, mungkin karena bertemu dengan suatu hal yang baru kali ya. Tampaknya ada cara pandang tentang dunia pasca kampus yang harus dirubah. Tampaknya jika kita menikmati saja fase itu dan tak usah terlalu memikirkan apa kata orang tentang kita, namun kita tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik yang bisa kita berikan, maka segala sesuatunya akan beda. Menerima dan menghargai diri kita sendiri memang bukan hal yang mudah ternyata..
Memunculkan rasa Percaya Diri, terutama akan kemampuan Matematika yang saya pelajari sewaktu kuliah juga tidak mudah. Terkadang terlintas dalam fikirku, apakah aku ini terlalu bodoh ya. Soalnya dalam beberapa hal, otak saya memang perlu loading yang agak lama. ;p
Di satu sisi saya senang belajar hal-hal yang baru. Namun di sisi lain ada rasa takut dan rasa malu yang cukup besar dalam diri ini untuk bisa menunjukkan pada orang lain bahwa saya bisa (ya itu agak2 bermasalah dengan PD nih..). Takut salah, takut dicemooh orang, takut di ejek orang, dll. Saya sedang belajar untuk menghadapi rasa-rasa itu dan tidak lari darinya. Dengan menghadapi permasalahan-permasalahan yang akan dan sedang saya hadapi, saya berharap saya bisa 'mendobrak' rasa takut dan malu dalam diri saya itu. Dengan memohon pertolongan dari-Nya, mudah-mudahan saya bisa melalui fase itu. Amin.. Bismillah aja kali ya... La Tahzan Innallaha ma'ana.. Nikmati aja.. do my best!!
Alhamdulillah..

Sepuluh Karakter Yang Sempurna...

Satu.
Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi dan dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya, "Ya diatas ya dan Tidak diatas tidak."

Dua..
Kerendah hatian mengungkapkan ekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi seakin merunduk. Ia bisa membuat orang yang di atasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

Tiga...
Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban, dan tidak suka berkhianat.

Empat....
Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka berbicara mengenai harapan daripada keputus-asaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengancam, dsb.

Lima.....
Keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh, tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh, dan berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

Enam......
Orang yang bertanggungjawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapa pun. Dia menyadari bahwa diri sendirilah yang bertanggungjawab atas apapun yag dialami dan dirasakannya.

Tujuh.......
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Delapan........
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Sembilan.........
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan maslah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

Sepuluh..........
Empati adalah sifat yang menganggunkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

(taken from: buletin PAA Ceria, edisi april)

Bismillah...
Pagi ini berbeda dengan sebelumnya. Beberapa hari belakangan ini aku kembali menggunakan organiser untuk membantu mengatur hidupku. Namun, hari ini aku belum sempat untuk menuliskan kegiatan2ku hari ini, karena semalam aku asyik membaca geometri (biasa aja dink.. ;p). Maklum otak ini sekarang agak-agak lemot alias perlu mikir lama untuk memahami sesuatu hal yang berhubungan dengan pembuktian-pembuktian teorema. Apalagi kalo baca buku kuliah yang terlalu menganggap pembacanya pintar, sehingga ujuk-ujuk muncul rumus yang entah darimana ia berasal. Tapi, ya aku berusaha untuk menikmati apa yang ada di hadapanku, dan berusaha untuk melakukannya dengan sebaik-baiknya dan semampunya, termasuk mempelajari teorema-teorema yang ada di buku Euclidian and non-Euclidian geometry.
Aku memang tipe yang perlu ada yang mengingatkan, karena sering lupa. Sehingga kalo tidak ada organiser yang mengingatkanku aku akan cenderung untuk melakukan hal-hal yang sia-sia dan kurang bermanfaat. Oleh karena hari ini aku belum melakukan perencanaan, maka ada beberapa hal yang kulupakan yang seharusnya aku kerjakan pagi ini. Tapi, show must go on, hari ini aku akan melakukan hal-hal yang memang seharusnya kulakukan hari ini dengan mengandalkan perencanaan yang ada di kepalaku tanpa kutuliskan. Hopefully, today still better than yesterday, eventhough i forgot to writedown my planning on organiser book. Amiin ya robbal'aalamin.

Bagaimana kondisi mood anda hari ini?

Bismillah...
Alhamdulillah, mood hari ini lebih baik dari pada kemarin. Ternyata memang seperti itu, kondisi mood ada hubungannya dengan kedekatan kita dengan Yang Maha Kuasa. Ketika hari-hari kita senantiasa diisi dengan berusaha untuk selalu ingat kepada-Nya, maka tidak terlalu banyak keluh kesah yang terucap dari mulut ini, tidak terlalu banyak ke-BT-an yang ditampilkan oleh wajah ini, tidak terlalu banyak kemalasan yang dilakukan oleh jasad ini. Pokoknya kondisi kejiwaan terasa lebih tenang, bahagia, dan berkurangnya rasa kecemasan.

Memperbanyak zikir/inget kepada-Nya membantu diri kita untuk merasa diawasi oleh-Nya dan pasrah (tawakal) akan segala ketentuan-Nya, tapi bukan berarti pasrah tanpa berusaha/berjuang. Hidup ini memang penuh dengan perjuangan.
Jadi teringat senandung 'izis' ,

mengarungi samudra kehidupan
kita ibarat para pengembara
hidup ini adalah perjuangan
dan tak layak tuk berpangkutangan

setiap tetes peluh dah kesah
tak akan sirna di telan masa
segores luka di jalan Allah
kan menjadi saksi perjuangan

Waallahua'lam bishowab.

Moody

Bismillah...
Pagi hari... :D
Dunia terasa cerah, udara segar, fresh..!!! semangat tuk menjalani hari ini terasa membara, dalam pikiran sudah terbayang tentang apa yang akan saya lakukan hari ini...
Pagi menjelang siang...
Semangat masih cukup membara, tapi mulai muncul masalah karena kejadian tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, namun mood masih bisa dikendalikan... :)
Siang hari...
Suasana hari ini panas, ada kuliah siang, wabah ngantuk menyerang, tapi berusaha tuk dilawan. Pasca kuliah, kepala agak pusing karena lieeeuur dengan materi kuliah dengan yang baru dijelaskan dosen. Hujan turun dan tidak punya payung. Untung ada temen yang bawa payung, jadi nebeng deh... Ke lab komputer di jurusan, nyobain menyelesaikan soal yang tadi dikasih pas kuliah pake 'maple', tapi gak bisa... hiks, temanku juga gak bisa, jadi mulai stress deh... Mood mulai turun, semangat juga makin turun... Rasa malas datang menghampiri...
Sore hari...
Mo ngajar privat, tapi karena moodnya lagi turun, plus hujan (gak punya payung), hampir aja gak jadi ngajar. Tapi dipaksain melawan rasa malas dan gak mood itu, soalnya kasiah ama murid. So, jadi pergi ngajar deh...walupun lagi gak mood. :(

Kok bisa ya dalam satu hari kita bisa merasakan perasaan hati yang bermacam-macam. Mulai dari semangat pisan, ampe gak mood. Masya Allah, dalam satu hari aja, iman bisa naik dan turun. Yang bisa menaikkan semangat (keimanan bertambah) adalah hubungan yang terjalin dengan Sang Pencipta (Allah swt). Yang mendasari kita untuk beraktivitas kebaikan di dunia adalah adanya harapan bahwa amalan kita kelak akan menjadi penolong kita di hari perhitungan nanti (yaumul hisab). Kalo kita aja sekarang udah males-malesan untuk berbuat baik, maka apa yang akan menjadi penolong kita di akhirat nanti...??

Bersyukurlah saya sebagai seorang muslim. Karena dengan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah swt. dalam hal ini sholat misalnya, menjadikan diri ini senantiasa ingat kepada-Nya sehingga hubungan manusia dengan Khalik-Nya serasa lebih dekat. Akibatnya mood kita sepanjang hari senantiasa stabil. Lantas, kalo kita udah rajin melaksanakan kewajiban-Nya, namun mood itu tetap aja gak bisa stabil, maka perlu dipertanyakan keikhlasan dan kualitas dari kewajiban yang diperintahkan-Nya itu. Astaghfirullah... bisa jadi shalat yang dilakukan hari ini belum khusyuk... atau belum ikhlas...

Charger mood setiap hari dengan khusyuk dalam shalat! Bismillah...!!! Allahu akbar!

Wallahua'lam bishowab.

Kasih Ibu Sepanjang masa

Bismillah...
Liburan maulidan weekend kemarin, aku balik ke Jakarta, kota kelahiran sekaligus tempat aku dibesarkan. Walaupun cuma 3 hari 2 malem (sabtu siang-senin pagi), amat terasa begitu besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Sejak awal smester ini aku belum balik ke jakarta, jadinya kayaknya ibuku kangen banget deh (jadi GR.. ;) ). Beliau sempet kesel karena aku baliknya gak dari hari jumat. Sedangkan dari hari kamis-jumat, aku bersilaturahmi ke rumah om di tasikmalaya.
Kemarin, pas mudik, ada kejadian yang membuatku merenung dan terharu. Itu lho, tentang kasih sayang ibu yang tiada duanya di dunia... Sehari sebelum aku balik ke bandung, keponakanku yang imut dan kusayangi, mendadak badannya panas dan muntah-muntah. Sakitnya itu mulai terasa saat kakakku sekeluarga (termasuk keponakan) sedang bertandang ke rumah mertua kakak di daerah penggilingan. Itu terjadi saat siang hari. Ternyata sampai kakakku pulang dari sana, suhu badan dek azzam (azzam adalah nama keponakanku itu) belum turun-turun juga, padahal itu udah malem. Setelah diukur pake termometer, ternyata suhunya mencapai 39 derajat celcius. Waktu itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Si dedek muntah-muntah dan badannya masih panas. Udah gitu rewel, terdengar seperti mengeluh kalo badannya lagi gak enak. Oh malangnya ponakanku yang satu itu..., aku kasian ngeliatnya. Terakhir aku melihat kondisinya adalah senin pagi, saat aku mau berangkat lagi ke bandung. Alhamdulillah, kondisinya agak baekan, walaupun badannya masih agak anget. Tapi, hopefully he is fine now. Dah nanya ke kakak siy, gimana kabar dia sekarang, tapi belum dibales-bales juga smsnya. Lg gak ada pulsa kali ya..
Iyah, balik ke kasih sayang ibuku. Suhu badan azzam yang cukup tinggi itu, hampir membuat semua orang khawatir, termasuk ibuku. Beliau sampai rela tidur pk.03.00 WIB untuk menggendong azzam. Soalnya si dedek, gak mau ditaruh di tempat tidur kalo belum tidur. Ibunya azzam (kakakku), sedang hamil lagi 6 bulan, jadinya perutnya agak sakit kalo menggendong azzam terlalu lama. Sedangkan aku, belum bisa menggendong azzam dengan posisi yang nyaman baginya. Terbukti, pas coba kugendong, eh dia malah tambah rewel.. ;) Maklum belum berpengalaman... Sedangkan yang lain, udah pada tidur, jd gak bisa bantu nenangin azzam. Ayahnya juga kurang proffesional tuh buat nenangin si dedek. Begitulah, akhirnya ibuku lah yang berkorban waktu tidur dan tenaganya untuk membantu menidurkan azzam. Di pagi harinya, kulihat sosok ibuku kelelahan dan di matanya tampak jelas kantung mata yang agak membesar dan menghitam, menandakan bahwa beliau belum cukup istirahat (tidur). Tertegun aku melihatnya. Saat beliau hendak merebahkan diri di tempat tidur, teringat kalau dek azzam belum sarapan pagi. Langsung aja beliau ke dapur, berniat untuk membuatkan azzam bubur, kemudian memasak beras dengan air yang cukup banyak. Aku berusaha untuk membantunya dengan mengaduk-ngaduk bubur yang sedang dimasak dan mempersilahkan beliau untuk tidur. Kemudian beliau meminta bantuan uak (kakak kandung ibuku) untuk menggendong dan menenangkan azzam. Sehingga beliau bisa dengan 'agak' tenang membiarkan badannya mendapatkan hak istirahat.
Subhanallah, kasih sayang ibu sepanjang masa... Tak hanya kepada anak, tapi juga ke cucu, bahkan mungkin sampai ke cicitnya. Sedangkan kita sebagai anak, sudah seberapa besarkah kasih sayang kita kepada ibu kita. Sudahkah menyamai kasih sayang Ibu kita??? Waallahua'lam bishowab.
"Terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam kasih sayang antara sesama manusia."

Ada udang dibalik batu...

Bismillah...

"Bersama kesulitan ada kemudahan..."

Terkadang kita-manusia mau enaknya aja, mau mudahnya aja, mau suksesnya aja, makan buah maunya bagian yang manisnya aja-yang pahit gak dimakan-padahal itu obat. Wajar siy..., tapi kalo terus-terusan enak, kayaknya gak seru juga, hidup lurus-lurus aja, gak ada tantangannya. Rasanya bukan hidup kali ya, kalo seneng-seneng aja. Dunia ini justru lebih indah jika kebahagiaan yang kita rasakan adalah buah dari jerih payah kita selama ini. Saya yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha-peluh-jerih payah hamba-hambanya yang senantiasa berbuat amal kebajikan. Kan kita punya dua saksi, di kiri dan kanan kita. Don't worry, be happy kali yah..
Kalo pas lagi denger curhatan orang-orang yang curhat ke aku-yang memang kebanyakan tentang kesulitan. Setelah difikir-fikir, emang begitulah hidup. Tapi, memang itulah yang terbaik buat kita. Di sanalah arti nilai sebuah perjuangan, di sanalah arti sebuah kesungguhan dan kedisiplinan diuji, di sanalah arti sebuah pengorbanan dituntut.
Tetaplah bersemangat menghadapi hidup. Hidup untuk hidup. Suasana hati yang ceria dan ikhlas membuat hidup lebih ringan dan bermakna. Wallahua'lam bishowab.

Dia Maha Pemurah dan Maha Pengampun

Bismillah...
Setiap manusia tidak ada yang luput dari dosa dan kesalahan. Bahkan kesalahan itu seringkali dilakukan berulang-ulang. Jikalau kita mengikuti peribahasa, "Bahkan seekor keledai pun tidak akan masuk kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya", mungkin kita bisa disebut lebih bodoh dan lalai dari seekor keledai, astaghfirullah... Tapi ya.. sekali lagi, kita memang seorang manusia biasa. Tapi patut diwaspadai, jangan sampai hal itu menjadi pembenaran.
Jikalau kita sudah atau sedang melakukan suatu kesalahan ataupun perbuatan dosa, maka lekaslah untuh segera mohon ampun dan berhenti melakukan kesalahan itu, dan jangan terus-terusan berkubang di dalamnya. Janganlah kita memakai logika manusia dalam hal bertaubat/mohon ampun kepada-Nya atas kesalahan yang dilakukan. Logika manusia akan berbicara bahwa, hati yang terluka karena perlakuan yang buruk terhadap manusia akan sulit untuk dilupakan. Walaupun seorang manusia bisa memaafkan kesalahan orang lain yang sudah menyakiti hatinya dan hubungan antara keduanya kembali baik, memori tentang hal buruk yang pernah dialaminya akan tetap diingat secara sadar ataupun tidak. Allah swt berbeda dengan makhluknya, karena dia bukan manusia atau makhluk. Dia pencipta keduanya. Allah swt tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang ingin berubah menjadi baik karena Dia Maha Pengampun. Tapi perlu diingat juga, Dia Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Adil, dan Maha Kuasa.
It's not too late for us to do taubat. As long as, nyawa masih dikandung badan..., tidak ada kata terlambat...

Siapa yang paling tahu???

Bismillahirrahmanirrahim.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagi kamu. Sebaliknya, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu buruk untukmu."

Siapa yang paling tahu tentang apa yang terbaik buat kita di alam jagad raya ini? Tentu saja Dia bukan? Setelah itu barulah diri kita sendiri. Jadi jika demikian, layakkah kita bersikap sok tahu, kecewa, sombong, atau frustasi?
Setiap manusia diberi 'rasa' oleh Yang Maha Kuasa berupa perasaan sayang, cinta, suka, benci, marah, sedih, kecewa, bahagia, dsb. Ketika pada suatu keadaan kita dihadapkan pada suatu pilihan hidup, maka ada baiknya kita melibatkan tangan Allah swt. didalamnya. Bagi seorang muslim, biasanya dan sebaiknya kita melakukan shalat istikhoroh terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan atas pilihan2 tersebut. Sebelum itu tentunya, kita melakukan hitung menghitung keuntungan (manfaat) dan kerugian (mudharat) terlebih dahulu atas tiap-tiap pilihan yang ada tersebut, barulah kemudian dimantapkan dengan istikhoroh. Setelah perhitungan, usaha optimal, doa, dan istikhoroh dilakukan, barulah manusia bertawakal atas segala ketentuan yang digariskan oleh-Nya. Pasrah.... (bukan dalam arti negatif lho! ;D)
Adakah yang salah dengan dengan sikap pasrah? Tentu saja ada. Tergantung darimana kita memandangnya. Jikalau yang terjadi adalah pasrah yang tidak produktif, mau aja diinjak-injak oleh orang lain, menerima apa saja yang digariskan-Nya tanpa didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh, gak punya prinsip hidup-seperti air mengalir saja, maka itu adalah pasrah yang kudu dihindari. Hal itu kurang mensyukuri kehidupan namanya... Wong disuruh mencari bekal amal kebaikan selama di dunia, eh ini teh malahan gak punya tujuan hidup, lemah, malas, loyo, gak produktif, dll. Siap-siaplah menjadi orang yang rugi kalo gitu...!! Oleh karenanya, kalo kita masih termasuk orang yang kurang produktif dan gak punya tujuan hidup, hayuk atuh kita bangun atau perbaharui tujuan hidup kita, agar tidak salah jalan...
Pasrah yang satu lagi adalah pasrah yang berkonotasi positif. Ketika usaha optimal sudah dilakukan, doa yang khusyuk sudah dipanjatkan, segala hal sudah dilakukan berdasarkan apa yang terbaik menurut kita, salahkah jika seorang makhluk yang lemah bersikap pasrah? Siapakah yang paling tahu di alam jagad raya ini? Tentu saja Dia..., Dialah Allah swt. yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Pemurah lahi Penyayang. Sudahkah kita menjadi manusia yang pasrah dalam arti kata positif, lebih tepatnya lagi sudahkah kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bertawakal atas segala ketentuan-Nya??? Kalaupun belum, mari kita sama-sama berusaha munuju kesana. Waallahua'lam bishowab.

Bismillah...
Jadwal hari ini cukup padat dan berat. Full dari j7 sampe j5 sore, plus ada ujian satu mata kuliah-ujian statistika matematika. Mulai ke kampus j7 pagi. Walaupun pagi ini kepala terasa berat, karena semalam habis bergadang bareng temen kos, buat belajar statmat, dipaksakeun wae lah. Jam 9 nya aku berencana ke hotel panghegar untuk mengikuti seminar 'Asuransi Syariah'. Sebenarnya sejak semalam aku masih menimbang-nimbang, kira-kira ikut seminar gak ya, soalnya jam 1 siangnya aku ada ujian tea. Akhirnya, aku ambil keputusan untuk ikut seminar tersebut yang dimulai pk.9.00 dan berakhir pk.12.00. Soalnya udah terlanjur beli tiketnya siy.. Kan sayang, lebar 15 ribu kalo ga jadi ;)
tik-tok..tik-tok..
Akhirnya ujian itu sudah berlalu.
Subhanallah, gak nyesel deh ikutan seminar itu. Aku jadi punya cita-cita yang ingin kugapai. Rasanya sudah mulai terbuka jalan keprofesian yang hendak kutempuh pasca kampus. Aku ingin menjadi seorang Aktuaris-lebih spesifik lagi seorang Aktuaris yang berkecimpung di lembaga keuangan syariah. Tapi bisa gak ya? Dengan kondisiku sekarang, dan kemampuan matematikaku yang seadanya gini, bisa nyampe gak ya..? Terkadang terbesit rasa pesimis. Namun, setelah dipikir-pikir lagi. Just do it! Jalanin dulu aja. Mudah-mudahan Allah swt senantiasa memudahkan langkah-langkah kecilku untuk bisa sampai ke sana. Allah swt bersamaku...senantiasa membimbing setiap langkah kecilku itu... Aku yakin itu... Hanya kepada-Nya saja setiap hamba berserah diri.
Mudah-mudahan impianku itu bukanlah suatu impian kosong, melainkan perlahan tapi pasti mencoba untuk merealisasikannya. Menjadikan itu motivasi untuk belajar matematika lebih dalam lagi. Yang ada dalam benakku saat ini adalah mudah-mudahan impian besarku itu menjadi sebuah persembahan yang sederhana untuk Allah, Rasuk, keluarga, dan masyarakat. Mudah-mudahan impian itu bukanlah lintasan pikiran sesaat yang sirna ditelan waktu, melainkan impian yang dapat melahirkan suatu azzam dan tekad yang kuat untuk bisa istiqomah dalam merealisasikannya.
Dengan bantuan, kekuatan dari-Nya, aku yakin aku bisa mewujudkan impianku itu... ;) Suatu tekad untuk terus maju dan maju!

'Life is not only for bread'

Bismillahirrahmanirrahim.

Kalimat judul di atas merupakan slogan dari perusahaan terkenal jepang, Masushita. Hidup tidak hanya untuk mencari kepuasan materi saja, tapi ada bentuk lainnya, yaitu kebahagiaan batin. Dalam bukunya Ary Ginanjar Agustian yang sedang saya baca-ESQ Power, setiap manusia memiliki fitrah untuk membangun kesadaran untuk menjalankan nilai-nilai kemanusiaan, seperti kejujuran, keterbukaan, kepedulian, saling membantu jika kesusahan, saling menyayangi, saling mengasihi, saling tolong, dll. Jadi, kesadaran untuk melakukan nilai-nilai kebaikan itu bukan hanya dibangun dari luar system, seperti ingin dipuji orang lain ataupun tuntutan peran, tapi ternyata itu adalah suatu kebutuhan yang setiap manusia akan merasa kehilangan jika kebutuhan tsb tidak terpenuhi. Dalam buku ESQ Power tersebut, dikemukakan beberapa contoh kasus yang sering terjadi di dunia eksekutif atau top level manager, yaitu kasus bunuh diri yang dilakukan oleh para eksekutif muda berumur 30-an, saat semua kebutuhan materinya sudah seluruhnya terpenuhi. Ketika semua kebutuhan materi sudah terpenuhi atau posisi sudah berada di wilayah kemapanan, lantas terbesit dalam pikiran mereka, “mau apa lagi sekarang?”. Mereka bingung, batinnya kering, hidup dalam keterasingan kemewahan dunia. Ada sesuatu yang hilang dalam diri mereka. Ternyata tidak selamanya kebahagiaan itu dapat dipenuhi dengan materi. Tapi bukan berarti kita pasrah dengan kondisi keduniaan kita sekarang, tanpa ingin berjuang memajukannya. Bukankah berbagi saat keadaan ekonomi cukup itu lebih bahagia dibandingkan, berbagi dalam kondisi kesusahan?

Ary Ginanjar mengungkapkan dalam buku ESQ nya, fitrah/kebutuhan yang membangun manusia untuk senantiasa melakukan kebaikan ada pada wilayah God Spot. Para ilmuwan pun meyakini keberadaannya. Kita lebih mengenal god spot tersebut dengan istilah suara hati nurani. Saat kita melalui hari-hari hidup di dunia, tentunya sering dihadapkan pada keadaan harus memilih tindakan yang akan dilakukan-setiap detik, setiap menit, dan setiap jam. Di sanalah peran hati nurani dalam mempengaruhi keputusan yang akan diambil, yaitu saat dihadapkan pada pilihan-pilihan ataupun kebiasaan-kebiasaan. Hanya saja, suara hati nurani dalam tiap manusia tidak selamanya didengar, ada berbagai macam belenggu yang seringkali meliputinya, yaitu prasangka dan paradigma. Untuk lebih lengkapnya, baca aja ya buku ESQ seri 1 dan 2 nya. Dijamin bagus deh! (jadi promosi nih… ;p) Buku itu mengajak kita untuk meningkatkan kemampuan IQ, EQ, dan SQ kita, menjadi pribadi yang kamil (seutuhnya). Peran God spot ini lebih memenuhi kebutuhan manusia dalam wilayah SQ (Spiritual Quation).

So, jika anda sekarang masih berkutat dalam paradigma materi di atas segala-galanya, maka cobalah untuk merubah paradigma tersebut, karena paradigma dunia mulai berubah, berubah menuju manusia yang mengoptimalkan wilayah IQ, EQ, dan SQ dalam dirinya, yang mampu melejitkan potensi dalam dirinya menuju kebahagiaan yang didam-idamkan.
Indahnya berbagi ilmu...;)
Waallahua’lambishowab.

Seringkali Kita Lupa...

Bismillahirrahmanirrahim.
Ada dua kenikmatan yang sering manusia lupa yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.
Ketika manusia sakit barulah terasa begitu enaknya punya badan sehat. Saat sakit, badan terasa sulit sekali unuk diajak kompromi. Bawaannya ngeluh melulu. Waktu menjadi kurang produktif, karena seringkali kita menjadikan sakit kita sebagai pembenaran untuk tidak melakukan kegiatan rutin ataupun menunda pekerjaan yang seharusnya kita selesaikan. Kalo kata Aa gym, saat manusia sakit, sebenarnya bukan fisiknya saja yang sakit, tapi juga mentalnya. Misalnya saja ketika kita sedang sakit perut, terutama nih buat para wanita yang harus rutin melewatinya. Terkadang sakit tersebut menjadi pembenaran buat kita buat ngaringkuk aja di tempat tidur, dan akhirnya ijin dari berbagai aktivitas, baik itu kuliah, agenda rutin pribadi, ataupun rapat-rapat organisasi. Padahal sebenarnya sakit tersebut tidak akan betambah parah jika dibarengi dengan aktivitas rutin. Kita menjadi lebih manja ketika kita sakit. Apalagi kalo ortu dateng buat ngerawat kita, mmm...tambah deh manjanya. Jadi, saat kita sakit, bukan hanya fisik kita yang berusaha kita obati, tapi terapi psikis dan self motivation perlu dibangun juga.
Sebagaimana yang saya paparkan di awal tulisan ini, ketika sakit menghampiri, barulah terasa urgensi dari menjaga kesehatan. "Coba kemaren aku ga makan yang pedes-pedes!", "Lain kali gak akan telat deh makannya...", dan lain sebagainya. Ungkapan-ungkapan itulah yang sering terlontar ketika kita sedang sakit. Sakit adalah sebuah teguran bagi orang yang tidak mampu menjaga kesehatan dan stamina dirinya dengan baik.
Nikmat lainnya yang sering manusia lupakan juga adalah nikmat waktu luang. Musuh bebuyutan dari waktu luang ini adalah kemalasan dan kesukaan untuk menunda-nunda pekerjaan. Yang saya amati dari fenomena di sekeliling saya dan juga dari pengalaman pribadi, kemalasan ini seringkali menjadi pembenaran untuk menunda atau tidak jadi melakukan suatu pekerjaan. Saat ini, kita udah gak malu-malu lagi untuk menjadikan malas sebagai alasan. Padahal sudah jelas itu bukanlah alasan yang syar’i. Ditambah lagi dengan lingkungan sekitarnya yang seolah-olah memaklumi sikap malas tersebut, dan kebanyakan orang mengambil sikap pragmatis dengan tidak menegur atas kemalasan tersebut. Memang sih, gak akan ada yang bisa nyembuhin penyakit malas ini selain diri orang itu sendiri. Pihak luar hanya bisa menstimulus, sisanya ya usaha pribadi yang gigih melawan kemalasan itu. Harus pandai-pandai memanajemen diri sendiri dan membangun visi hidup dan motivasi diri untuk menghadapi musuh yang satu ini.
Saat kemalasan sudah mulai bisa diatasi, barulah kita mulai dengan membiasakan diri untuk membuat perencanaan/schedule harian. Dengan adanya schedule tersebut, paling tidak meminimalisir diri kita dalam penyia-nyiaan waktu luang, walaupun tidak mereduksi seluruhnya, karena masalah pemanfaatan waktu, bergantung pada manajemen diri si orang tersebut. Berdasarkan pengalaman yang saya rasakan sampai saat ini, setiap harinya saya baru konsisten menjalankan kurang lebih 50% dari setiap schedule yang saya tuliskan. Walaupun begitu, bukan berarti kita lantas langsung menyerah dan berhenti untuk menuliskan schedule harian. Saya jadi teringat nasihat teman saya, "Kalo dengan adanya schedule saja kita sering nyia-nyiain waktu, apalagi kalo gak ada, lebih parah kali. Dengan adanya schedule, paling tidak kita punya kerjaan produktif yang akan kita lakukan, jadi gak perlu nyari-nyari aktivitas lagi. Kalo gak ada perencanaan, biasanya lebih banyak kita menghabiskan waktu kosong itu dengan aktivitas-aktivitas yang teu puguh.".
Akibat dari males dan suka-suka nunda pekerjaan adalah terakumulasinya pekerjaan di satu waktu, yang akhirnya berimplikasi pada tidak masimalnya pekerjaan/tugas yang kita lakukan dan penyakit stress, BT, dll. Teman kos saya yang dulu punya cara unik dalam mengatasi rasa malas dalam dirinya. Dia malah menghampiri rasa malas itu kemudian berusaha keras untuk melawannya. Yang saya maksudkan disini, saat dia dihadapkan pada dua pilihan aktivitas penting yaitu antara aktivitas yang malas untuk memulainya dan yang senang untuk melakukannya, maka dia akan memilih pilihan pertama. Sehingga dia menjadi terbiasa melawan kemalasan itu untuk kemudian ditaklukkannya dengan mudah.
Tiada yang mengenal kita selain diri kita sendiri. Sejauh mana kekuatan fisik kita, kemampuan manajemen diri kita, dsb, kita sebdirilah yang paling mengetahuinya. "Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya." Mengenal bagaimana seharusnya seorang manusia bersyukur atas karunia yang dianugrahkan Tuhan kepadanya dengan tidak pernah melupakan semua nikmat kepadanya, termasuk didalamnya nikmat sehat dan nikmat waktu luang. Waallahua’lam bishowab.

Antara Idealisme, egoisme, dan apatisme...??

Bismillah...
Hayo kamu masuk dalam golongan yang mana? Mmmm...kalo saya sendiri termasuk golongan yang mana ya? Atau semua sifat itu ada dalam diri saya? Kayaknya gitu deh... ;p
Semalam, antara pk.23.00-24.00 wib, saya mendengarkan radio 102.65 MQ FM. Pada jam itu adalah saatnya acara 'Nuansa Malam' yang membahas tentang fenomena yang sering ditemui dalam keseharian kita. Nah, semalem tuh mengangkat tema 'Antara Idealisme dan Egoisme'. Kasus yang diangkat berkaitan dengan tema ini adalah kasus seorang aktivis-mahasiswa di salah satu universitas terkenal di bandung, yang meninggalkan kegiatan organisasinya untuk concern kuliah. Penyebabnya adalah tekanan orang tua dan keinginan aktivis tersebut untuk menekuni bidang kuliahnya lebih dalam lagi. Di sisi lain, kawannya seorganisasi-yang notabene juga merupakan seorang aktivis, menilai tindakan temannya tersebut sebagai suatu sikap yang egois. Bagaimana pendapatmu tentang kasus tsb?
Menurut saya ada 2 tipe orang SO (Study Only/Study Oriented), yaitu tipe apatis alias gak peduli dengan gejolak sosial di sekitarnya. Kejadian apapun itu selama itu tidak merugikan dirinya, ia tidak akan menggubrisnya-bahkan hanya untuk berkomentar. Sedangkan yang satunya lagi adalah tipe Idealis-pragmatis. Bukan berarti orang yang meninggalkan organisasi dan kemudian mulai concern ke kuliahnya, sudah tidak peduli lagi dengan masalah sosial ataupun masalah yang sedang menimpa bangsanya. Bisa jadi dia mulai membaca keadaan sosial yang terjadi di negara ataupun secara global, dan dia menemukan fenomena sebagai seorang mahasiswa yang lulus dengan titel SE, SSi, ST, SH, dsb, punya tanggung jawab tersendiri untuk membangun masyarakatnya dengan bidang ilmu yang ditekuni selama kurang lebih 5 tahun tersebut. Itulah gambaran tipe Idealis-pragmatis. Sedangkan apatis, memang lebih dekat kepada egois-yang penting urusan saya sudah beres-masa bodoh dengan yang lain. Menurut saudara sepupu saya, gak apa-apa lah sebagai mahasiswa hanya kuliah saja dulu tanpa kegiatan organisasi. Barulah nanti saat lulus, mulai ditumbuhkan rasa kepedulian dan nasionalisme pada diri mahasiswa tersebut. Atau seiring dengan berjalannya waktu dan semakin dewasanya sikap seseorang, maka secara otomatis rasa kepedulian dengan lingkungan sekitar akan semakin bertambah. Tapi, menurut saya kehidupan selama di kampus secara langsung ataupun tidak, memberikan kontribusi cukup besar dalam pembentukan cara pandang, pemikiran, dan karakter seseorang setelah ia dewasa. Bisa dibilang saat menjadi mahasiswa adalah saat pencarian jati diri yang mengambil porsi cukup besar dalam hidupnya, dengan semangatnya, gairah mudanya, nalarnya, dan kemudahan akses/informasi yang datang kepadanya. Jadi, ketika masa-masa tersebut dilewati begitu saja tanpa makna, maka akan cukup sulit untuk merubah cara pandangnya ketika dia dewasa, walaupun begitu saya tidak menafikan terdapat orang-orang yang berubah cara pandang, sikap, dan kepribadian setelah ia dewasa.
Masuk ke dalam golongan apapun kita, saya yakin selalu ada titik-titik nurani dalam diri setiap manusia yang menggugah rasa kepeduliannya. Jangan terlalu cepat menjustifikasi seseorang tanpa terlebih dahulu melihat latar belakangnya, karena itu akan mengurangi kebijaksanaan, rasa empati, dan simpati dalam diri kita, termasuk perlakuan/sikap kita terhadapnya. Tiap diri akan diminta pertanggungjawabannya suatu saat nanti. Tiada yang mengenal kita selain diri kita sendiri. Setiap pilihan meminta suatu konsekuensi, dan hadapilah konsekuensi itu dengan sebijaksana dan setegar mungkin. Mudah-mudahan kita senantiasa berada pada pilihan yang diridhoi-Nya... Amin.
Waallahua'lam bishowab.

Bismillah.., saya yakin saya bisa!

Bismillah…

Pagi ini berjalan seperti biasanya. Gak sepenuhnya sama siy, ada beberapa variasi. Baca Koran pagi ini, headlinenya tentang kontroversi blok ambalat, Indonesia Vs Malaysia. Rasanya isu nasional cepat sekali berubah. Rasanya baru kemaren heboh-heboh tentang kenaikan harga BBM. Eh sekarang udah beda lagi isunya, tentang clash dengan tetangga. Tapi satu hal yang pasti dan membuatku sedih, yaitu dari hari ke hari negri ini didera oleh berbagai macam cobaan, khususnya akhir-akhir ini. Ya, mudah-mudahan suatu saat nanti isi dari headline Koran adalah ‘ditemukan formula…’, ‘Selamat atas keberhasilan Indonesia..’, ataupun ‘Kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat…’. Saya pikir itu bukanlah hanya impian pribadi saya saja. Saya yakin sebagian besar masyarakat Indonesia ingin agar kondisi keterpurukan ini suatu saat berubah menjadi kejayaan.

Dalam setiap diripribadi, selalu ada hasrat: ‘Hari ini harus lebih baik dari kemarin!’. Sejatinya harus selalu ada semangat baru dan pandangan optimisme setiap kita akan memulai hari-hari baru. Di tengah ketidakpastian takdir apa yang akan menghampiri saya siang, sore, atau malam hari ini, saya selalu berusaha untuk memunculkan rasa optimisme itu, walaupun itu kecil. Ketika pagi ini saya sudah siap dengan list kegiatan yang akan dilakukan hari ini, terkadang muncul perasaan pesimisme tidak dapat melakukan salah satu kegiatan yang tercatat dalam list tersebut yang mau tak mau harus dilalui, seperti presentasi misalnya. Adalah hal yang belum biasa bagi saya untuk berbicara di depan public. Tapi ya.., dengan kebulatan tekad, saya bisa! Do my best!, dan juga dengan mohon kemudahan dan kekuatan dari-Nya, saya mencoba untuk menjadi kuat, dan mampu mengendalikan diri. Lantas, pada pagi itu yang ada bukannya perasaan lari dari masalah, tapi maju menghadapi masalah itu. Ya, karena beberapa bulan yang lalu saya mendapatkan banyak pelajaran yang pada akhirnya menjadikan diri saya untuk tidak lari dari masalah yang sedang dihadapi, karena itu tidak akan menyelesaikan masalah, tapi justru menimbulkan masalah baru. Fiiuuuhhh…! ;) Finally, saya kuat, saya menghadapi hari ini dengan optimisme. Bismillahitawakkaltu’ alallah!! Takdir apapun yang tlah Allah swt gariskan kepada saya pada hari itu, i.a saya siap menghadapinya. Pasti ada hikmah besar dibalik setiap kejadian hari ini.

Hasil dari semua jerih payah yang kita lakukan di dunia ini, bermula dari bagaimana kita memandangnya. Kalau di awalnya kita udah yakin (gak ragu-ragu) bahwa kita bisa, maka kita pasti bisa. Tapi kalo mulanya kita udah yakin kita gak bisa, ya jangan aneh juga kalo hasilnya gak bagus. Bukan begitu kawan?!!

Waallahua’lambishowab.

Keajaiban ada di sekeliling kita

Bismillah...
Saat keajaiban datang, bagaikan mendapat sekarung emas saat kelaparan, bahkan lebih dari itu. Ia juga bagaikan memperoleh oase di padang pasir. Pokoknya bahagianya tak terkatakan deh. Keajaiban yang tak terduga, yang membuat hati kita bahagia itu, merupakan salah satu karunia dari-Nya yang tak ternilai harganya.
"Berbahagialah dengan Rahmat dan karunia-Nya"
Kesuksesan, keajaiban, pertolongan-Nya, kemudahan dalam kesulitan, kelancaran rizki saat melarat.... Itu semua merupakan bentuk-bentuk rahmat dan karunia Allah swt. Terkadang kita tidak menyadarinya. Terkadang kita merasa percaya diri bahwa kita bahagia karena kita yang membuat diri kita bahagia. Padahal tidak seperti itu. Sumber segala kebahagiaan sejatinya adalah berasal darinya. Kesuksesan itu, keajaiban itu, pertolongan-Nya itu, kemudahan dalam kesulitan itu, kelancaran rizki saat melarat itu,........ merupakan suatu karunia dari-Nya.
Manusia hidup di dunia ini untuk mencari karunia-Nya, karena manusia butuh bahagia, dan manusia berbahagia dengannya, dan Dia sangat berbahagia karena telah memberi kebahagiaan kepada umat manusia, apalagi kepada manusia yang senantiasa bersyukur.
Keajaiban melahirkan kebahagiaan. Keajaiban tersebar di sekeliling kita, tapi bagaikan pepatah 'Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di sebrang lautan kelihatan', He..he..kurang lebih begitulah bunyi pepatahnya... Jangan mengejar keajaiban. Karena rasanya akan berbeda ketika keajaiban itu datang tak diminta dengan ketika ia terpaksa singgah. Keajaiban itu akan menghampiri orang-orang yang senantiasa mencari kebahagiaan sejati dengan kesungguhan hati, ketegaran jiwa, dan kerja keras. Ya.., yaitu kebahagiaan mendapatkan karunia-Nya, dengan cara yang diijinkan-Nya. Waallahua'lam bishowab.

Keharmonisan melahirkan kebahagiaan

Bismillahirrahmanirrahim.

"Kebahagiaan adalah bila apa yang dipikirkan, apa yang dikatakan, dan apa yang dilakukan, berada dalam keharmonisan." (Mahatma Gandhi)

Cukup sulit memang menyelaraskan antara apa yang kita pikirkan dengan apa yang kita katakan. Terkadang, ketika kita sedang berkomunikasi dengan teman, kerabat, ataupun yang lainnya, seringkali apa yang kita maksudkan tidak sesuai dengan keluar dari mulut kita. Alhasil, lawan bicara kita tidak mengerti atau tidak nyambung dengan apa yang sedang kita bicarakan. Atau terkadang, lawan bicara kita malah salah persepsi. Jadi, ketika kita bisa menyelaraskan antara pikiran dan ucapan kita, maka secara tidak langsung kita akan membuat orang lain paham akan apa yang kita bicarakan. Ketika kita sudah bisa 'konek' alias nyambung dengan teman kita, maka hubungan antara keduanya menjadi lebih menyenangkan alias harmonis. Walaupun untuk membuat suatu pembicaraan menjadi menyenangkan atau harmonis, butuh variabel lain (misalnya wawasan & pergaulan, lamanya berinteraksi/berteman,dll), namun hal itu tidak menghambat terciptanya keharmonisan disana. Buktinya, ada orang yang baru kenal, tapi mereka tampak akrab!
Susah juga lho, melakukan semua hal yang kita katakan. Bahkan saya bisa ngejamin bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa melakukannya, kecuali Rasulullah. Dan bagi saya tidak menjadi masalah jika fenomena itu terjadi, karena sekali lagi, memang sulit untuk merealisasikan dengan perbuatan apa-apa yang dikatakan. Oleh karenanya kita akan senang sekali jika bertemu dengan orang yang komit dengan omongannya tersebut. Kita akan merasa senang bisa berkenalan dan berteman dengannya. Apalagi kalo setiap ucapannya bernilai kebaikan. Wah, pokoknya top deh!
Jadinya, saya setuju dengan apa yang dikatakan gandhi tersebut. Soalnya orang yang memiliki pribadi seperti apa yang dikatakan gandhi tersebut, adalah sosok pribadi yang menyenangkan, yang melahirkan kebahagiaan.

Momentum perbaikan diri dan tabiat seorang manusia

Gempa tsunami yang mengguncang NAD, Sumatra Utara, dan beberapa wilayah Asia merupakan teguran dari Sang Pencipta untuk seluruh umat manusia di muka bumi. Bagi orang-orang yang langsung mengalaminya, tentunya akan berdampak lebih dalam dibandingkan dengan yang tidak mengalaminya langsung. Dampak tersebut bukan hanya dalam hal meninggalkan bekas duka yang dalam saja, melainkan mengembalikan diri manusia kepada jalan yang benar. Jalan yang benar di sini bukan hanya meliputi kembalinya manusia kepada Tuhan-Nya dengan mengerjakan ibadah-ibadah ritual semata, melainkan menyadarkan manusia akan peran-Nya di muka bumi sebagai penjaga, pengatur, dan pemelihara alam semesta yang diamanatkan kepadanya. Bersyukurlah orang-orang yang segera mengambil hikmah dari kejadian tersebut, lantas melakukan perbaikan diri. Bersedihlah orang-orang yang tidak mampu mengambil hikmah darinya, karena sejatinya setiap manusia membutuhkan suatu momentum kejadian untuk merubah dirinya. Baik itu kejadian kecil, ataupun 'yang menghebohkan'. Jadi, terlalu sayang jika kita membiarkan momentum tersebut lepas, setelah ia muncul di hadapan kita.
Bagi masyarakat Indonesia, begitu banyak kejadian akhir-akhir yang bisa dijadikan momentum perubahan-khususnya individu. Bencana alam yang bertubi-tubi menghatam negri ini, seharusnya bisa dijadikan pelajaran tambahan untuk kehidupan kita. Mungkin teguran bagi manusia khususnya rakyat Indonesia untuk kembali menjaga kelestarian alam, atau sebuah teguran bagi manusia Indonesia untuk berhenti merusak diri sendiri dengan melanggar norma-norma agama. Tapi Ironisnya, mungkin telinga kita sudah perlu diperiksa ke dokter THT, pasalnya kondisi sosial yang ada di negri ini (mulai dari tontonan televisi, majalah, kasus seks di luar nikah, dll tetap berjamur) tidak terlalu banyak berubah. Kalapun saya melihat perubahan yang terjadi-headline koran tempo: Doa dan Dzikir bersama di Masjid Istiqlal (6/1), maka bisa jadi cuma berlangsung sebentar. Ketika bencana-bencana berangsur pergi menjauhi Indonesia, bisa jadi kita kembali melakukan kemaksiatan. Apakah memang seperti itu tabiat manusia? Kalaupun memang demikian, maka selagi punya kesempatan buat berdo'a, maka banyak-banyaklah berdo'a dengan penuh kekhusyukan agar Allah swt. senantiasa menetapkan hati kita pada Jalan yang membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Waallahu a'lam bishowab.