Kasih Ibu Sepanjang masa
Published Tuesday, April 26, 2005 by titi inBismillah...
Liburan maulidan weekend kemarin, aku balik ke Jakarta, kota kelahiran sekaligus tempat aku dibesarkan. Walaupun cuma 3 hari 2 malem (sabtu siang-senin pagi), amat terasa begitu besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Sejak awal smester ini aku belum balik ke jakarta, jadinya kayaknya ibuku kangen banget deh (jadi GR.. ;) ). Beliau sempet kesel karena aku baliknya gak dari hari jumat. Sedangkan dari hari kamis-jumat, aku bersilaturahmi ke rumah om di tasikmalaya.
Kemarin, pas mudik, ada kejadian yang membuatku merenung dan terharu. Itu lho, tentang kasih sayang ibu yang tiada duanya di dunia... Sehari sebelum aku balik ke bandung, keponakanku yang imut dan kusayangi, mendadak badannya panas dan muntah-muntah. Sakitnya itu mulai terasa saat kakakku sekeluarga (termasuk keponakan) sedang bertandang ke rumah mertua kakak di daerah penggilingan. Itu terjadi saat siang hari. Ternyata sampai kakakku pulang dari sana, suhu badan dek azzam (azzam adalah nama keponakanku itu) belum turun-turun juga, padahal itu udah malem. Setelah diukur pake termometer, ternyata suhunya mencapai 39 derajat celcius. Waktu itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Si dedek muntah-muntah dan badannya masih panas. Udah gitu rewel, terdengar seperti mengeluh kalo badannya lagi gak enak. Oh malangnya ponakanku yang satu itu..., aku kasian ngeliatnya. Terakhir aku melihat kondisinya adalah senin pagi, saat aku mau berangkat lagi ke bandung. Alhamdulillah, kondisinya agak baekan, walaupun badannya masih agak anget. Tapi, hopefully he is fine now. Dah nanya ke kakak siy, gimana kabar dia sekarang, tapi belum dibales-bales juga smsnya. Lg gak ada pulsa kali ya..
Iyah, balik ke kasih sayang ibuku. Suhu badan azzam yang cukup tinggi itu, hampir membuat semua orang khawatir, termasuk ibuku. Beliau sampai rela tidur pk.03.00 WIB untuk menggendong azzam. Soalnya si dedek, gak mau ditaruh di tempat tidur kalo belum tidur. Ibunya azzam (kakakku), sedang hamil lagi 6 bulan, jadinya perutnya agak sakit kalo menggendong azzam terlalu lama. Sedangkan aku, belum bisa menggendong azzam dengan posisi yang nyaman baginya. Terbukti, pas coba kugendong, eh dia malah tambah rewel.. ;) Maklum belum berpengalaman... Sedangkan yang lain, udah pada tidur, jd gak bisa bantu nenangin azzam. Ayahnya juga kurang proffesional tuh buat nenangin si dedek. Begitulah, akhirnya ibuku lah yang berkorban waktu tidur dan tenaganya untuk membantu menidurkan azzam. Di pagi harinya, kulihat sosok ibuku kelelahan dan di matanya tampak jelas kantung mata yang agak membesar dan menghitam, menandakan bahwa beliau belum cukup istirahat (tidur). Tertegun aku melihatnya. Saat beliau hendak merebahkan diri di tempat tidur, teringat kalau dek azzam belum sarapan pagi. Langsung aja beliau ke dapur, berniat untuk membuatkan azzam bubur, kemudian memasak beras dengan air yang cukup banyak. Aku berusaha untuk membantunya dengan mengaduk-ngaduk bubur yang sedang dimasak dan mempersilahkan beliau untuk tidur. Kemudian beliau meminta bantuan uak (kakak kandung ibuku) untuk menggendong dan menenangkan azzam. Sehingga beliau bisa dengan 'agak' tenang membiarkan badannya mendapatkan hak istirahat.
Subhanallah, kasih sayang ibu sepanjang masa... Tak hanya kepada anak, tapi juga ke cucu, bahkan mungkin sampai ke cicitnya. Sedangkan kita sebagai anak, sudah seberapa besarkah kasih sayang kita kepada ibu kita. Sudahkah menyamai kasih sayang Ibu kita??? Waallahua'lam bishowab.
"Terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam kasih sayang antara sesama manusia."
Followers
About Me
- titi
- Someone who learns from real-life
Mengunjungi Orang Mulia
Kita pada saat tertentu merasa memerlukan untuk menemui orang-orang yang suci, mulia, untuk kita minta kepadanya nasehat dan doa agar hidup kita menjadi terang dan lebih bersih. Kita kadang meminta itu kepada kiai-kiai yang terkenal di tempat yang dekat maupun yang jauh dari kita.
Tetapi kita kadang dan bahkan sering melupakan bahwa ada orang-orang mulia di rumah kita. Mereka berdua adalah Ayah dan Ibu kita. Kita lupa meminta doa dari beliau berdua dengan alasan kita sudah tiap hari bertemu dan pasti akan didoakan.
Tetapi meminta secara langsung tulus dan rendah hati kepada beliau berdua agar mendoakan kita adalah sebuah pintu rahasia yang akan membukakan kita kepada cahaya yang terang. Kita bisa melegakan diri melangkah dan mengambil keputusan. Dan energi yang membangkitkan semangat dari meminta secara langsung kepada beliau berdua adalah kekuatan yang dahsyat.
Jadi perlulah menyempatkan diri sekurangnya sekali untuk meminta secara langsung doa dari beliau berdua, agar kita didoakan semakin bersih dan menjalani hidup semakin mudah. Kita minta didoakan agar esok apa yang kita usahakan bisa berhasil dan memberi manfaat kepada kita dan orang banyak.
Orang mulia, itulah Ayah dan Ibu kita. Yang sering kita lupakan.