Hari ini saya marah ke kelas..

Akhirnya saya bisa marah juga dengan anak-anak ini.. Tapi untungnya masih bisa nahan diri..
Ceritanya gini..
Hari ini adalah ulangan matematika yang ke-2, materinya tentang Faktorisasi Aljabar dan Pemangkatan dengan bantuan segitiga pascal. Saya menyadari menanamkan teknik pemfaktoran persamaan kuadrat bukanlah hal yang mudah, terutama untuk koefisien x^2 -nya bukan 1. Materi ini benar2 baru bagi mereka. Saya berusaha memberikan step by step dari yang tingkat kesulitannya rendah hingga lumayan. Dari minggu kemarin saya sudah memberitahu mereka bahwa minggu depan kita ulangan. Saya juga memberi 16 nomor latihan soal persiapan ulangan 2 ke mereka. Dari 16 soal tersebut, akan ada 6 nomor yang keluar sebagai soal ulangan. Saya senantiasa membuka diri untuk berdiskusi dengan mereka, kapanpun dan dimanapun (selama jam sekolah tentunya). Tapi sampai pada H-1 hanya beberapa orang dari mereka yang mau berusaha memahami materi tersebut dengan berdiskusi.
Hari ada 2 jam pelajaran matematika untuk kelompok C kelas 8. Di jam pertama saya beri kesempatan untuk berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan pra ulangan. Jadi syarat untuk mengikuti ulangan adalah mereka harus mengumpulkan latihan soal yang terdiri dari 16 nomor tersebut. Ck..ck..yang bikin saya geleng-geleng kepala, beberapa orang dari mereka masih ada aja yang belum menyelesaikan soal tersebut. Saya yakin di dalam hati salah satu dari mereka yang kurang serius ada perasaan khawatir tidak bisa mengerjakan soal ulangan nantinya, karena dalam mengerjakan latihan soal aja mereka gak serius. Akhirnya ada salah seorang dari mereka yang mengambil jalan pintas. Mereka iseng dan berani mengambil soal ulangan yang saya simpan jauh dari jangkauan mereka. Untung saja keburu ketahuan, spontan aja langsung saya ambil kembali kertas tersebut (itu juga dengan paksaan), mulanya mereka berusaha menyembunyikan dan gak ngaku. Saat itu kemarahan saya memuncak. Saya katakan pada mereka semua, "Apa sih yang kalian cari? Kalau yang kalian inginkan adalah hanya nilai 10, maka saya bisa berikan itu.. Tapi kalian gak akan dapet ilmu apa-apa..". Akhirnya, saya ambil aksi, bukan saya yang akan mengawas mereka ketika ulangan di jam kedua, tapi bu 'D', guru matemtika lain yang terkenal galak alias streng di kalangan kelas 8.
Tapi yang aneh dan lucunya, si anak yang berbuat kesalahan tampak tidak malu dan takut untuk menyapa saya. Walaupun saya bilang ke dia, hari ini ibu kesel dan sebel dengan tingkahnya. (Sebenarnya itu indikasi baik juga siy, saya bisa menyembunyikan emosi saya yang memuncak). Saya orangnya 'ekspresif', jadi kalo marah ketahuan banget. Tapi si anak itu dengan polosnya, bu, tadi saya gak diisi 2 nomer, kira-kira saya dapet nilai berapa ya? ... Mmm..nih anak kayak gak ngerasa bersalah banget ya.. Polos banget..

Dunia dalam Bola Dunia..

Setiap orang yang hidup di dunia ini, punya dunianya masing-masing..punya kehidupan masing-masing..
Seorang anak tengah menjalani dunianya saat ini, bahkan mungkin ia sedang mencari dunia yang sesungguhnya..
Dalam masa pencarian itu bisa saja ia salah ambil jalan, tapi begitulah dunianya saat ini..
Bisa jadi ia belum tahu kalau ia salah jalan..
Dunia setiap orang akan terus berkembang sampai masanya berakhir di dunia..
Terkadang ketika kesalahan atau kegagalan telah dilakukan, itu adalah akhir dari dunia..Tapi dunia siapa? Ya..dunianya sendiri. Sebab dunia orang lain masih berjalan..
Cobalah sekali-kali tengok dunia orang lain, bisa jadi itu bisa menjadi obat mujarab yang bisa melapangkan dada yang sesak..

Saat ini ada di dunia manakah kita??
Yaitu ada di dunia yang indah..walaupun orang lain menganggap yang sebaliknya..
Hanya kita seorang yang tahu dimana kita berada.. Dunia yang kita ukir sendiri.. Dunia yang bisa saja kebahagiaannya tidak akan pernah berakhir walaupun bola dunia berakhir..

Antara dua pilihan

Ada konflik antara pihak lembaga/yayasan dengan sekolah dimana saya mengajar. Konflik tersebut sempat membuat bimbang diri saya, sikap seperti apakah yang harus saya ambil. Ada kecurigaan antara kedua belah pihak. Tapi saya gak peduli, saya sudah terlanjur sayang sama anak-anak di sana. Lucu juga siy.. Saya terkadang menganggap mereka teman, adik, tapi terkadang pula saya memposisikan diri sebagai orang tua mereka. He..namanya juga ibu guru muda. Walaupun mereka terkadang agak susah diatur, tapi kebanyakan dari mereka adalah anak yang kedua orang tuanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga kurang mendapat perhatian dalam perkembangan psikologisnya. Padahal masa SMP adalah masa pencarian jati diri mereka, ironi memang.
Kalau dahulu saya bahagia karena kedua ibu saya ada di rumah ketika saya pulang sekolah. Makanan untuk makan siang sudah tersedia dengan menu yang menggoda. Maka mungkin berbeda dengan mereka. Kedua orang tua mereka baru ada ketika sore atau malam menjelang. Mudah-mudahan saya bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya kelak.
Tadi siang ada rapat POMG. Saya dapet amanah baru untuk menjadi wakil sekretaris di kepengurusan baru ini. Saya sempet kaget juga. Kok bisa ya? Tapi dapet sedikit pengarahan dari kepala sekolah, dan pastinya bimbingan dari pengurus sebelumnya, bismillah aja. Toh saya tidak meminta amanah ini, tapi Dia-lah yang menghendaki ini terjadi. Kalaupun akhirnya saya dinilai tidak amanah, mudah-mudah itu bukan akibat kelalaianku. Tapi memang itulah batas kemampuanku saat itu.
Resep Aa gym yang saya dapat ketika SSG dulu, H2N; Hadapi, Hayati, Nikmati.

Kalu bertemu dengan teman-teman kuliah, atau di milis temen seangkatan, gak jauh, permasalahan yang diangkat berkaitan dengan tema yang satu ini, Menikah.
Entah, buku ini akhirnya ada di tangan saya. Dan sebagai penggemar novel, saya antusias untuk membacanya, 3 hari tamat. Apalagi itu buku karangannya kang abik (panggilan akrab Habiburrahman El-shirazi). Jadi inget cerita temen. Katanya seminggu yang lalu kang abik ke Jakarta. Ada Acara di masjid Sunda kelapa. Katanya siy acaranya rame banget acaranya. Sempet kecewa, gak dapet informasi tersebut, tapi kekecewaan tersebut terobati dengan insya Allah pada bulan Ramadhan Riska (Remaja Masjid Sunda Kelapa) akan mengadakan Ifthar bareng kang abik. Awalnya sekalian launching buku Ketika Cinta bertasbih Episode 2. Tapi katanya ternyata buku tersebut baru akan dilaunching bulan November.
Hidup itu memang penuh dengan dinamika. Ujian kehidupanlah yang membuat dinamika tersebut. Dalam buku KCB (Ketika Cinta Bertasbih) episode 1, tokoh utamanya, Azzam, harus menyelesaikan kuliahnya dalam waktu 9 tahun. Karena sambil kuliah, dia harus membiayai kehidupan Ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Teman-teman kuliahnya di Cairo, mengenal dia sebagai mahasiswa yang gak lulus-lulus karena bisnis tempe dan bakso. Padahal dibalik opini tersebut tersimpan kemuliaan dan ketulusan niat yang luar biasa. Azzam tidak lulus bukan karena malas, tapi memang kesibukan berbisnislah yang membuatnya demikian. Mengapa dia harus berbisnispun ada alasannya yaitu sebagai tulang punggung keluarga.
Sekedar flashback ke belakang. Sewaktu kuliah dulu, ada beberapa senior yang lulusnya agak lama (7 tahun). Ya..pasti ada alasan mengapa hal itu terjadi. Cuma, satu hal yang saya garis bawahi, terkadang kita dengan seenaknya saja men-judge bahwa dia gak lulus-lulus karena malas. Padahal waallahua'lam. Bisa jadi dia seperti Azzam dalam KCB, atau dia orang penting dalam organisasi, atau orang tersebut punya masalah finansial, keluarga, atau psikologis yang kita tidak mengetahuinya. Positive thinking tampaknya solusi yang cocok. Dengan positive thinking, pertolongan akan lebih mudah kita berikan ketimbang hanya bisa membicarakan keburukan-keburukannya. Mudah-mudahan orang tersebut justru mendapatkan energi baru untuk menyelesaikan studinya. Berkuranglah orang-orang yang Drop Out (DO). Karena walau bagaimanapun, dengan menyelesaikan studi, minimal kita menjadi orang yang sedikit bersyukur. Dengan bersyukur, akan dimudahkan jalan menuju tantangan kehidupan selanjutnya.
Tokoh lain dalam buku KCB 1 tersebut, bisa dibilang, saingannya Azzam, Furqon namanya. Kehidupannya dari mulai sekolah dasar sampai kuliah S2, dia tidak mengalami kesulitan hidup yang berarti. Kalaupun ada kesulitan hidup, dia masih bisa meng-handle-nya. Sampai akhirnya dia berhadapan dengan suatu takdir kehidupan yang membawanya pada perasaan kecewa yang luar biasa pada sang pencipta. Namun, syukur, ada orang lain yang mengingatkan dia untuk kembali pada jalur yang seharusnya.
Entah siapakah dari orang ini yang akan bersanding dengan Anna Alfathunnisa, bidadari yang turun ke dunia. Azzam ataukah Furqon? He..jadi nebak-nebak niy.. Kita tunggu aja kelanjutannya di episode 2. Orang sholeh pasti akan mendapatkan jodoh yang sholeh juga. Jalan cerita yang kang abik bikin sama gak ya dengan dugaan saya? ;p

Kaitannya dengan ujian kehidupan, sore ini saya baru menengok anak teman yang masih berumur 2 bulan. Anaknya sumbing. Ujian yang luar biasa untuk kedua orang tuanya. Sang orang tua selain harus mendukung dalam hal perawatan medis, mereka harus pula pandai memberi dukungan moral ke anak. Seorang anak yang cacat kaki dan hanya memiliki 3 jari seperti qi-ahli (maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan), dari korea, yang berhasil memainkan melodi piano karya komposer-komposer terkenal seperti mozart, berhasil membuktikan pada dunia bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan bekerja keras. Maka mudah-mudahan sahabat saya ini beserta suaminya mampu membimbing anaknya mengarungi kehidupan yang pebuh dinamika. Aamiin..

Pelajaran amat berharga tentang keputusan untuk menggenapkan agama, ketika berinteraksi dengan seorang teman. Masih terlalu dini... Ternyata cara pandang yang ada dalam kepala ini masih belum dewasa. Mungkin keceriaanku ketika banyak berinteraksi dengan dunia remaja yang membuat pola pikir saya yang belum dewasa. Apakah saya sudah siap untuk melangkah ke sana?
Proses untuk mencari jati diri, menentukan sikap, mengambil keputusan, dsb, masih terus berlangsung hingga saat ini. Walaupun proses tersebut akan tetap berlanjut hingga akhir hayat, namun ada suatu titik dimana kita 'bisa' melakukan suatu hal yang selaras dengan cara pandang orang dewasa. Memangnya cara pandang orang dewasa seperti apa siy ti? Menurut saya, ketika orang dewasa akan bertindak, dia akan memikirkan apa dampaknya bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Mungkin orang dewasa akan lebih memperhitungkan bagaimana orang lain menilai tentang sikap atau keputusan yang kita ambil.
Berbeda jauh sekali dengan pola pikir saya saat ini. Saya berfikir, kalau keputusan yang saya ambil menurut saya benar, maka saya tidak terlalu perduli apa kata orang tentang saya, yang penting saya yakin kalau saya benar. Walaupun saya orang nya cuek, tapi saya amat terbuka dengan saran dan kritik dari orang lain.
Saya masih belajar dan terus belajar. Mungkin cara pandang ini akan berubah suatu saat nanti. Namun yang pasti, setiap orang akan berharap cara pandang yang terbaik. Saya bukan orang baik, cerdas, dewasa, dsb, tapi senantiasa berusaha untuk menjadi baik, cerdas, dewasa.

Evaluation

Now, I spent my day, mostly in school. In first week, I feel very tired... I should went to school at 6.00 a.m and then go back at 5.30 pm. Ya.. it's not weird, because the school was adopt full day school system. If I compare with my last teach activity at BTA, it's very different. Yup, every institution have their own vision. But, at least, I get so may new experience here. Eventhough, every benefit must be related by some risk. The risk are I should take more time and energy to develop my capabilities and knowledge. As a teacher, I should be in one step upper than the students.
Two weeks in new environment, mostly, i feel happy and comfortable. Eventhough, it's not an easy job for being a teacher, for now on, i still enjoy it. Hope it will be forever...

Lingkungan yang kondusif untuk perbaikan diri

Hari Kamis saya pertama kali masuk SMPIT, dan di hari itu langsung mengajar matematika di kelas VIII. Menarik sekali, satu kelas dibagi menjadi 3 kelompok. Jadi jika kelas VIII ada 26 murid, maka satu kelompok terdiri dari 8-9 orang. Mereka dikelompokkan berdasarkan kemampuan intelijensia yang mereka miliki, kelompok A, B, dan C. Pertama kali masuk ke kelas, dapet kelompok B. Lucu deh, di kelompok itu ada yang males nyatet, ada yang sebenarnya pinter tapi dia males, trus ada yang kalo udah lagi gak mood belajar-tak ada satu guru pun yang bisa ngerayunya, teru ada juga anak autis, dsb. Selesai dengan kelompok B, masuk ke kelompok A. Ternyata saya lebih kewalahan masuk ke sana dibanding kelompok B. Asli..mereka ruame banget, semuanya pada ngomong. Walaupun isinya cuma 8 orang, tapi..ck..ck..bikin kewalahan.
Sebelum memulai kegiatan belajar, dibiasakan untuk mengaji dan menghafal Al-quran. Ada yang sudah sampai juz 29. Jadi termotivasi lagi untuk memuroja'ah dan menambah hafalan.
Mulai senin besok, saya mulai mengajar kelas bilingual (pilot project). Bahasa Inggrisku biasa banget (pasive), tapi berhubung itu program sekolah, jadinya coba dijalanin aja. Kan bisa sharing sama guru bahasa inggrisnya, jadi sekalian melatih conversation.
Terkadang sedikit-sedikit juga bantuin guru komputernya untuk mengajar di lab atau kelas.

There are a lot of things of self-potensials that I can improve here.. So many new experience.. I hope these can bring me to be a great enough person in the future. Aamin.

Being a good teacher for students is not easy.. Student's future is on teacher's hand...

Kesempatan untuk Bersyukur

Banyak pengalaman berharga selama mengajar di BTA. Banyak orang-orang hebat di sana. Dengan pengalaman dan ilmu yang mumpuni, menjadikan BTA sebagai bimbingan belajar untuk siswa kelas 3 SMU dan 3 SMP yang digandrungi banyak pelajar atau orang tuanya. Beruntung sekali saya sempat mengajar di sana selama kurang lebih 6 bulan. Cukup banyak pengalaman yang saya peroleh dari sana, terutama tentang ilmu komunikasi, karena dalam mengajar yang lebih penting dari menguasai bahan adalah ‘how we can transfer what we know to student who have different capability’.

Belum lama ini saya melamar di SMPIT Ar-Rudho (Pondok Kelapa) dekat rumah, dan alhamdulillah keterima. Sekolah ini belum lama didirikan, baru 1 tahun berjalan. Tahun ajaran kali ini merupakan awal tahun kedua bagi mereka, sehingga muridnya pun belum terlalu banyak. Sistim pendidikan di sana menggunakan sistim ‘Moving Class’ , sehingga butuh cukup banyak tenaga guru. Mudah-mudahan sambil berjalannya waktu, sekolah ini bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Kualitas sekolah tergantung pada kualitas dan komitmen gurunya untuk mengarahkannya ke sebuah prestasi gemilang. Hal tersebut memang tidak mudah, tapi dengan komitmen, ketekunan, dan kerja keras mudah-mudahan sekolah ini menjadi sekolah yang berkualitas. SMPIT Ar-Rudho adalah sekolah full-day school, dimana jam sekolahnya dimulai pk.07.00 dan berakhir pk.16.30, dan semua guru tidak boleh pulang sebelum jam belajar sekolah berakhir. Hari efektif belajarnya Senin-Jumat, dan Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstra kurikuler. Jadwal yang cukup padat memang. Tapi mudah-mudahan saya bisa segera menyesuaikan diri dan konsisten mengemban amanah ini.

Pekerjaan baru ini merupakan amanah yang tidak boleh disia-siakan. Menjadikan sekolah ini sebagai alternatif sekolah islam terpadu di wilayah Jakarta Timur yang berkualitas menjadi salah satu target sekolah. Tantangan memang… Namun dengan dorongan rasa syukur telah diberi nikmat kesempatan berkiprah di dunia pendidikan, menjadi motivasi tersendiri untuk bersama-sama rekan-rekan pengajar yang lain mewujudkan target/goal tersebut.

Wujud dari rasa syukur seseorang bermacam-macam. Ada yang terwujud dalam belajar dengan sungguh-sungguh, bekerja tidak malas-malasan, banyak bersedekah, beribadah dengan sungguh-sungguh, dsb. Yang pasti, setiap rasa syukur akan melahirkan suatu kebaikan, dan kebaikan-kebaikan tersebut secara tidak langsung akan membuat Tuhan semakin menyayangi hamba-Nya. Dari rasa kesyukuran akan melahirkan ketaqwaan. Ketaqwaan yang melahirkan perlindungan dan bimbingan Allah SWT ketika orang tersebut mengalami kesulitan.

“ … Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya…” (At-Thalaaq: 2-3)