No title..

Allahumma anta rabbi laa ilaaha illa anta asaghfiruka wa atuubu ilaik..
Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada illah selain Engkau, Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janjiku kepada-Mu, semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatanku. Aku mengakui banyaknya nikmat-Mu yang telah Engkau anugrahkan kepadaku, dan aku mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tiada yang mengamouni dosa-dosa selain Engkau.


Dalam sebuah pesan di YM, dituliskan, “Aku tidak akan mengikhlaskan engkau, sampai engkau merasakan neraka”. Maksud hati yang menurut kita baik, tapi jika cara menyampaikannya kurang berkenan di hati lawan bicara, maka bisa jadi belum membawa perbaikan, yang ada malah kalimat ancaman seperti itu. Pasrah..itulah yang terfikir ketika membaca pesan singkat itu. Gemetar jiwa ini..rasanya membayangkan diri ada di dalam neraka. Memang diri ini masih jauh sekali dari tuntunan islam, tapi salahkah jika setiap harinya..setiap menitnya, setiap detiknya senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri. Setelah kita tahu suatu pekerjaan itu ternyata tidak sesuai dengan koridor, lantas untuk apa dilanjutkan, walaupun terkadang ada pihak lain yang merasa tersakiti. Cukup sudah... Ya Rabb, bantulah hamba-Mu ini..

Saya jadi teringat akan sebuah cerita tentang pertanyaan yang ditujukan kepada ahli ibadah dalam suatu hari perhitungan.. Karena apa kamu masuk ke dalam syurga? Si ahli ibadah menjawab, karena amalan-amalan saya. Baiklah, saya ambil kedua mata kamu dan ditimbang/dibandingkan dengan semua amalan ibadah kamu selama di dunia. Hasilnya timbangannya masih berat sebelah, yaitu lebih berat nikmat Allah berupa kedua mata sehingga manusia bisa melihat indahnya dunia. Kagetlah sang ahli ibadah. Namun akhirnya sang ahli ibadah masuk juga ke dalam syurga, tapi bukan karena amalan ibadahnya, melainkan karena rahmat-Nya, Ar-Rahman Ar-Rahim-Nya. Waallahu a’lam bishowab..

Pada akhirnya, hanya kepada-Nya lah diri ini bertawakal dan berharap. Diri ini sedang berusaha untuk menjadi pribadi sebaik-baik pribadi. Kerikil yang membuat kaki sakit bahkan mungkin terjatuh, tidak membuat diri ini menyerah pada keadaan. Perjalanan harus dilanjutkan walaupun dengan langkah terseok. Kebaikan-kebaikan akan menghapus keburukan. Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan setiap peluh dalam usaha untuk meniti di jalan yang diridhai-Nya.


1 komentar:

  1. Novan Firmansyah
    This comment has been removed by the author.  

Post a Comment