Ketika Cinta Bertasbih episode 1

Kalu bertemu dengan teman-teman kuliah, atau di milis temen seangkatan, gak jauh, permasalahan yang diangkat berkaitan dengan tema yang satu ini, Menikah.
Entah, buku ini akhirnya ada di tangan saya. Dan sebagai penggemar novel, saya antusias untuk membacanya, 3 hari tamat. Apalagi itu buku karangannya kang abik (panggilan akrab Habiburrahman El-shirazi). Jadi inget cerita temen. Katanya seminggu yang lalu kang abik ke Jakarta. Ada Acara di masjid Sunda kelapa. Katanya siy acaranya rame banget acaranya. Sempet kecewa, gak dapet informasi tersebut, tapi kekecewaan tersebut terobati dengan insya Allah pada bulan Ramadhan Riska (Remaja Masjid Sunda Kelapa) akan mengadakan Ifthar bareng kang abik. Awalnya sekalian launching buku Ketika Cinta bertasbih Episode 2. Tapi katanya ternyata buku tersebut baru akan dilaunching bulan November.
Hidup itu memang penuh dengan dinamika. Ujian kehidupanlah yang membuat dinamika tersebut. Dalam buku KCB (Ketika Cinta Bertasbih) episode 1, tokoh utamanya, Azzam, harus menyelesaikan kuliahnya dalam waktu 9 tahun. Karena sambil kuliah, dia harus membiayai kehidupan Ibu dan adik-adiknya di Indonesia. Teman-teman kuliahnya di Cairo, mengenal dia sebagai mahasiswa yang gak lulus-lulus karena bisnis tempe dan bakso. Padahal dibalik opini tersebut tersimpan kemuliaan dan ketulusan niat yang luar biasa. Azzam tidak lulus bukan karena malas, tapi memang kesibukan berbisnislah yang membuatnya demikian. Mengapa dia harus berbisnispun ada alasannya yaitu sebagai tulang punggung keluarga.
Sekedar flashback ke belakang. Sewaktu kuliah dulu, ada beberapa senior yang lulusnya agak lama (7 tahun). Ya..pasti ada alasan mengapa hal itu terjadi. Cuma, satu hal yang saya garis bawahi, terkadang kita dengan seenaknya saja men-judge bahwa dia gak lulus-lulus karena malas. Padahal waallahua'lam. Bisa jadi dia seperti Azzam dalam KCB, atau dia orang penting dalam organisasi, atau orang tersebut punya masalah finansial, keluarga, atau psikologis yang kita tidak mengetahuinya. Positive thinking tampaknya solusi yang cocok. Dengan positive thinking, pertolongan akan lebih mudah kita berikan ketimbang hanya bisa membicarakan keburukan-keburukannya. Mudah-mudahan orang tersebut justru mendapatkan energi baru untuk menyelesaikan studinya. Berkuranglah orang-orang yang Drop Out (DO). Karena walau bagaimanapun, dengan menyelesaikan studi, minimal kita menjadi orang yang sedikit bersyukur. Dengan bersyukur, akan dimudahkan jalan menuju tantangan kehidupan selanjutnya.
Tokoh lain dalam buku KCB 1 tersebut, bisa dibilang, saingannya Azzam, Furqon namanya. Kehidupannya dari mulai sekolah dasar sampai kuliah S2, dia tidak mengalami kesulitan hidup yang berarti. Kalaupun ada kesulitan hidup, dia masih bisa meng-handle-nya. Sampai akhirnya dia berhadapan dengan suatu takdir kehidupan yang membawanya pada perasaan kecewa yang luar biasa pada sang pencipta. Namun, syukur, ada orang lain yang mengingatkan dia untuk kembali pada jalur yang seharusnya.
Entah siapakah dari orang ini yang akan bersanding dengan Anna Alfathunnisa, bidadari yang turun ke dunia. Azzam ataukah Furqon? He..jadi nebak-nebak niy.. Kita tunggu aja kelanjutannya di episode 2. Orang sholeh pasti akan mendapatkan jodoh yang sholeh juga. Jalan cerita yang kang abik bikin sama gak ya dengan dugaan saya? ;p

Kaitannya dengan ujian kehidupan, sore ini saya baru menengok anak teman yang masih berumur 2 bulan. Anaknya sumbing. Ujian yang luar biasa untuk kedua orang tuanya. Sang orang tua selain harus mendukung dalam hal perawatan medis, mereka harus pula pandai memberi dukungan moral ke anak. Seorang anak yang cacat kaki dan hanya memiliki 3 jari seperti qi-ahli (maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan), dari korea, yang berhasil memainkan melodi piano karya komposer-komposer terkenal seperti mozart, berhasil membuktikan pada dunia bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dan bekerja keras. Maka mudah-mudahan sahabat saya ini beserta suaminya mampu membimbing anaknya mengarungi kehidupan yang pebuh dinamika. Aamiin..


0 komentar:

Post a Comment