U-U-D

Ujung-Ujungnya Duit. Sulit menemukan idealisme di antara partai-partai politik yang ada di Indonesia. Yang saya lihat, hanya ada satu partai yang masih mengusung nilai-nilai tersebut. Ketika partai tersebut mengajak berkoalisi, hal pertama yang ditanyakan adalah apa untungnya bagi saya ketika saya berkoalisi atau menjadi bagian dari partai anda. Kalau di permulaan sudah bertanya tentang untung-untungan, apalagi berhubungan dengan materi, maka kalau diteruskan hubungan tersebut, ketika tidak punya uang, akan ditinggalkan begitu saja. Tidak peduli ketika partai tersebut masih mengusung idealisme atau punya misi yang sama atau tidak.

Menjelang pilkada Jakarta 2007, partai tersebut mengusung nilai idelisme sendirian, sampai saat ini belum ada partai yang mau berkoalisi dengannya. Masyarakat umum kebanyakan hanya melihat sebelah mata dengan pribadi yang diusung oleh partai tersebut, padahal sang pribadi tersebut memiliki jiwa reformis. Salah satu buktinya adalah, selama beliau menjabat di kepolisian, beliau berani untuk memberantas oknum-oknum kepolisian yang terbukti bersalah melakukan korupsi. Don’t judge the book from its cover. Jangan lihat orang dari jenis pekerjaannya, tapi lihat apa yang telah diperbuatnya. Apakah semua guru tidak pernah pernah berurusan dengan polisi? Dalam komunitas yang baikpun ada pencilan. Maka dalam komunitas yang selama ini ‘terkenal’ kurang baik, apakah tidak mungkin ada pencilan juga? Terlalu sering kita melakukan generalisasi. Padahal generalisasi tidak bisa dilakukan dalam kehidupan sosial.

Tim rival beratnya yang berasal dari sipil, sudah melakukan manuver dengan membagi-bagikan dana yang dimilikinya untuk mengambil hati komunitas atau partai lain. Dalam benak, saya berfikir, uang bisa saja habis suatu saat. Kalau uang yang dimilikinya sudah habis, mungkin habis pula koalisi yang dibangunnya selama ini. Lantas sia-sia saja selama ini mereka membangun koalisi. Hubungan yang dibangun atas dasar materi, maka akan bertahan selama materi itu ada. Pastilah dia akan berusaha melakukan segala macam cara (menghalalkan segalanya), supaya sumber materi itu akan tetap ada, supaya hubungan yang dibangunnya selama ini tidak hancur.

Berikan kesempatan nurani bicara ketika logika angkat senjata..


0 komentar:

Post a Comment