Ujian kenikmatan

Taken from tafsir fidzilal quran-Sayyid Qutb, Al-Qalam 17-33 :

Berkaitan dengan isyarat yang menyinggung harta dan anak-anak serta kebanggaan yang disombongkan oleh orang-orang yang mendustakan, Allah membuatkan bagi mereka suatu perumpamaan. Yaitu dengan mengetengahkan sebuah kisah yang kelihatannya kisah ini telah dikenal dan tenar di kalangan mereka. Melalui kisah ini Allah memperingatkan kepada mereka kesudahan sikap mengingkari nikmat, sikap kikir, dan melanggar hak-hak orang lain. Melalui kisah ini Allah menyadarkan mereka bahwa nikmat banyak harta dan anak yang ada pada mereka, tiada lain merupakan ujian bagi mereka, sebagaimana para pelaku kisah di dalam surat ini telah diuji, dan bahwa semuanya itu adalah milik Allah, dan bahwa mereka tidak akan dibiarkan dengan kenikmatan yang mereka miliki itu.

“Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin mekkah) sebagaimana kami telah mengujipemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya dipagi hari, dan mereka tidak mengucapkan, ‘Insya Allah’, lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabb-mu ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita, lalu mereka panggil memanggil di pagi hari, ‘Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu.jika kamu hendak memetik buahnya.’ Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikkan, ‘Pagi hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.’ Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya). Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya).’ Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka, ‘Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?’ Mereka mengucapkan, ‘Mahasuci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.’ Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela. Mereka berkata, ‘Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.’ Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita. Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.” (Al-Qalam: 17-33)

Dan pada waktu yang sama Al-Quran memberitahukan kepada kaum mukminin, bahwa apa yang mereka lihat ada di tangan kaum musyrikin, para pembesar quraisy, berupa berbagai macam nikmat dan harta kekayaan, tiada lain merupakan ujian dari Allah SWT yang mempunyai dampak dan akibatnya sendiri. Dan sudah menjadi sunnatullah bila Dia menguji hamba-hamba-Nya dengan nikmat, sebagaimana Dia menguji mereka dengan kesengsaraan, keduanya sama saja merupakan ujian dari Allah SWT. Adapun orang-orang yang angkuh, mencegah kebaikan lagi terpedaya oleh kesenangan yang dialaminya, maka hal itulah yang menjadi gambaran tamsil bagi kesudahan mereka:
“Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.”

Adapun orang-orang yang bertakwa lagi berhati-hati maka bagi mereka surga yang penuh dengan kenikmatan di sisi Tuhan mereka:
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabb-nya.”

Saya merasa malu ketika melihat kehidupan Rasulullah yang amat bersahaja, begitu juga istri-istrinya. Dituliskan dalam buku “Wanita penghuni syurga”, salah satunya aisyah. Mereka sering sekali makan hanya kurma dan air. Makan roti gandum yang enakpun bisa dihitung oleh jari dalam sejarah kehidupan mereka. Bukannya mereka tidak mampu, melainkan mereka mengerti hakikat dari harta dunia. Mereka hanya mengambil seperlunya, sisanya diinfakkan untuk orang-orang yang tidak mampu atau untuk kemajuan dakwah, subhanallah.. Para sahabat generasi awal, tiada yang meninggalkan dunia dengan harta yang berlimpah. Mushab bin umair pun, yang selagi mudanya hidup dalam kemewahan, ketika meninggal hanya meninggalkan selembar kain yang jika bagian atasnya ditutup, maka bagian bawahnya terlihat, begitu pula sebaliknya.

Ya Rabb, semoga saya bisa meneladani kebersahajaan hidup mereka, sehingga termasuk ke dalam golongan penghuni surga. Aamin..


3 komentar:

  1. Anonymous
    This comment has been removed by a blog administrator.  
  2. Anonymous

    Hmmm... banyaknya fasilitas dikampus (internet murah, rileks) plus biaya hidup yang masih ditanggung orangtua kayaknya termasuk kali ya dalam ujian yang membuat saya nggak lulus-lulus juga sampe sekarang...

    btw, setelah nggak jadi bu guru lagi di arrudho, kemana Ti?

     
  3. Anonymous

    sekarang lagi privat2, sama mempersiapkan suatu kegiatan..

     

Post a Comment