Mengendalikan emosi..

Suatu saat seorang perempuan tengah berdiskusi dengan saudara laki-lakinya. Sang perempuan mengajak saudara laki-lakinya itu untuk bersama-sama dengan saudara-saudaranya yang lain mengumpulkan uang untuk meringankan beban hidup kedua orang tuanya. Pada saat itu, sang laki-laki agak keberatan, bukan karena ia tidak ingin meringankan beban kedua orangtuanya, tetapi karena memang penghasilannya saat itu belum mencukupi untuk sampai menyisihkan sedikit hartanya untuk orang lain. Wong untuk hidup sendiri saja sulit, pikir laki-laki tersebut. Dari cara sang perempuan itu berbicara dengan laki-laki tersebut, terlihat bahwa ia berusaha untuk membuka hati dan pikiran saudara laki-lakinya tersebut dengan sabar. Kata-kata yang keluar diusahakan untuk tidak menyakiti hati lawan bicaranya, nadanya sopan, dan seolah menghindari perdebatan. Tidak biasanya sang perempuan tersebut bisa mengendalikan emosinya saat berbicara dengan saudara laki-lakinya. Tapi dengan cara itu, walaupun ada sanggahan, saudara laki-lakinya tidak emosional dan tampaknya berusaha untuk mengendalikan emosinya pula. Kebaikan dibalas dengan kebaikan. Walaupun di akhir diskusi tidak terdengar kata sepakat dari mulut laki-laki itu, namun terlihat ia mulai memikirkan usulan dari saudara perempuannya itu. Bisa jadi hatinya mulai terbuka.
Cerita di atas mengingatkan saya kembali akan hadist Rasulullah SAW yang menyarankan kepada sahabatnya untuk tidak marah. “Jangan marah, jangan marah, dan jangan marah”, sabda beliau. Dua kata tersebut diulang sampai tiga kali. Marah atau emosi tidak akan menghasilkan solusi, karena kata-kata yang keluar menjadi tidak terkontrol dan jauh dari maksud semula. Bisa jadi sudah bukan saatnya lagi membuka pikiran dan hati orang lain dengan cara emosional. Dengan cara emosional kita berarti melibatkan ego kita. Lawan ego adalah ego kembali. Ketika ego terlibat, cara pandangnya bisa jadi tidak objektif lagi dalam melihat suatu persoalan.


0 komentar:

Post a Comment