Kenapa Sih? Pertanyaan yang membuat ia semakin cerdas..


Saya punya seorang keponakan dari kakak sepupu, eca namanya. Pada saat ke bandung, saya silaturahmi ke rumahnya dan berinteraksi dengannya selama 3 hari. Usianya baru 4 tahun, tapi kecerdasannya sudah terlihat. Di usia tersebut, dia sudah bisa menghitung benda, mengenal angka, menulis angka 1-10, mengenal warna, mewarnai dengan amat rapi (tidak ada yang keluar dari garis), dan menulis beberapa huruf.
Pertanyaan yang keluar dari mulutnya seringkali dimulai dengan frase ‘kenapa sih…?’. Tante titi, kenapa sih tangan eca lebih pendek dari tangan tante titi? Kenapa kalau hujan kita lari? Kenapa hiu makan ikan-ikan kecil? Kenapa bijinya gak boleh dimakan, padahal kan enak (saat itu kita lagi makan jeruk)?, dsb. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat nalar kita berfikir dan berusaha menjawabnya dengan ilmiah tapi sederhana. Setelah dijelaskan, kemudian ditanya kembali padanya, kadang ia bisa menjawab, kadang ia hanya bisa tersenyum. Kalau dia tersenyum berarti penjelasan kita masih kepanjangan dan terlalu sulit untuk dimengerti olehnya. Jadi harus lebih disederhanakan lagi.
Setelah saya berinteraksi beberapa hari dengannya, ternyata ada hal yang kurang dieksplor dalam dirinya, yaitu kemampuannya mengenal islam. Pada saat saya mengajaknya untuk membaca doa sebelum makan, reaksi yang saya terima darinya adalah dia mengucapkan satu kata yaitu ‘malu..’. Bisa jadi ia sudah bisa mengucapkan basmallah, hanya saja malu untuk mengucapkannya. Mengapa bisa malu ya? Bisa jadi bacaan tersebut kurang dibiasakan untuk dibaca. Jika di dalam lingkungan yang terkecil (keluarga) saja sudah merasa malu, maka bagaimana dengan lingkungan yang lebih luas. Saya khawatir jika kebiasaan baik tersebut akan semakin ditinggalkannya. Mudah-mudahan saja tidak.
Kalau eca sudah hafal angka, dan huruf-huruf kapital, tidak demikian dengan huruf hijaiah. Saya ber-positive thinking, semoga setelah huruf kapital berhasil diingatnya, ia akan diaajarkan huruf hijaiyah oleh orang tuanya. Sehingga dia semakin cerdas, cerdas intelektual, emosional, dan spiritual.
Selamat belajar adik kecilku!


0 komentar:

Post a Comment