Ketika harus memilih..

Berusaha mewujudkan cita-cita yang hanya untuk memenuhi ambisi pribadi ataukah menjadi manusia dengan cita-cita baru sehingga selaras dengan kepentingan orang lain.

Mengapa cita-cita harus diselaraskan dengan orang lain? Karena kita tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Dan ketika hidup dengan orang lain, kita memiliki peran tertentu terhadap orang tersebut.

Ada dorongan/motivasi dan ada pertimbangan yang menyebabkan arah jalan hidup (cita-cita) harus berubah. Namun tidak perlu gusar dengan perubahan arah angin tersebut. Selama cita-cita berlandaskan pada niat yang tulus untuk kebaikan diri dan orang lain, maka selalu ada jalan.

Yang penting adalah jangan sampai kehilangan cita-cita, karena itu sama artinya dengan kehilangan tujuan hidup. Apalah artinya hidup jika kita tidak tahu arah tujuannya. Ombak dan badai yang deras akan mudah menghantam kapal jika sang nahkoda tidak segera mengambil keputusan apakah dia tetap pada posisinya dan menerjang badai ataukah mundur dan mencari jalan lain yang lebih cerah. Toh tujuan akhirnya sama, kenapa harus memilih jalan yang lebih sulit.

Memilih jalan lain tidak berarti menyerah dan enggan untuk bersusah payah. Perlu diingat, setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Namun untuk waktu dan kondisi tertentu mungkin itu adalah keputusan yang terbaik. Mengambil keputusan secara rasional dan sesuai dengan kata nurani, kemudian menyerahkan hasilnya kepada sang khalik tampaknya adalah pilihan yang cukup bijaksana.

Saat ini saya memilih untuk menjadi seorang tenaga pengajar matematika. Dari sana saya menjadi punya keinginan untuk menjadi dosen dan kuliah lagi. Entah kemana cita-cita di bidang matematika keuangan melayang pergi. Saya fikir,begitu banyak jebakan di sana,jadi saya memutuskan untuk meninggalkannya. Akhirnya untuk saat ini saya memilih untuk menekuni bidang ini dengan sebaik-baiknya. Ternyata menjadi pengajar menyenangkan dan menghasilkan lho.. ;p

Tentukan pilihan dari sekarang!


0 komentar:

Post a Comment