Arti sebuah pernikahan

Pernikahan adalah sebuah institusi yang menyatukan dua individu dalam satu misi dan visi kehidupan. Visi dan misi masing-masing pribadi bisa jadi berbeda. Oleh karenanya perlu sinkronisasi. Butuh kesabaran dan keikhlasan dalam melakukan proses sinkronisasi. Kelebihan dan kekurangan saling melengkapi. Kelapangan dada harus dikedepankan dibandingkan ego pribadi. Memulai terlebih dahulu untuk berusaha memahami cara pandang yang berbeda. Ketika perbedaan dan friksi muncul, berusaha untuk berbicara dengan kepala dingin, meredam emosi dan gejolak jiwa. Menghindari debat kusir dan mengedapankan diskusi.

Potensi kebaikan yang ada pada tiap-tiap pribadi disatukan dalam sebuah pernikahan. Ketika lemah, yang lain menguatkan.. Ketika sedih, yang lain menghibur.. Ketika lalai atau lupa, yang lain mengingatkan.. Ketika kesulitan, yang lain membantu..

Subhanallah, masing-masing pribadi berusaha untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, ketenangan- kebahagiaan- rahmat.

Wallahua’lam bishowab.

Dipingit??

Jika seseorang akan menikah, sebagian orang tua melarang anak-anaknya keluar rumah. Beberapa orang menerimanya sebagai sebuah tradisi tanpa mengerti esensi di balik itu. Dipikir-pikir logis juga sih, tapi…...
Orang tua melarang anaknya untuk berpergian terlalu jauh dikarenakan khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (sakit, kecelakaan, dsb). Atau lebih baik menenangkan diri di rumah, supaya lebih tenang hati. Bukankah yang terpenting dalam sebuah pernikahan adalah niat yang tulus untuk beribadah dan kesiapan diri untuk menjadi lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak?
Jadi teringat kandungan salah satu ayat Al-quran, “Dimanapun manusia berada, takdir selalu menyertainya, kendatipun manusia berada dalam tembok yang tinggi lagi kokoh.”.
Kita tidak tahu takdir kita beberapa menit kemudian. Pilihan ada di tangan manusia. Setiap manusia pasti menginkan kebaikan.
Yah…lebih nyaman jika tetap beraktivitas seperti biasa. Pikiran terasa lebih dinamis jika fisik dinamis. Seperti air yang mengalir. Sambil berdoa, Bismillahi tawakkaltu ‘alallahu La haula wala kuwwata illa billah..

Nostalgia suasana ruang guru..

Siang ini saya mengunjungi ar-rudho, sekolah tempat saya mengajar untuk pertama kali.
Masuk ke ruang guru memberi sedikit kejutan kecil, membagi-bagikan undangan untuk mereka semua. Kurang lebih 2,5 jam saya berada di ruang guru. Saya teringat kembali suasana riuh celotehan para guru yang sering bercanda untuk melepaskan ketegangan, terutama bu euis.. ada aja bahan candaan. Atau mendengar cerita tentang tingkah anak-anak yang unik-unik. Menggelitik sekali..
Dalam hati saya bergumam, saya rindu suasana seperti ini. Apakah saya akan menemukannya di tempat lain?? I hope so..