Ukhuwah...
0 komentar Published Monday, February 18, 2008 by titi inUkhuwah atau persaudaraan atau persahabatan atau pertemanan.
Atas dasar apa kita berukhuwah atau bersaudara? Karena satu kantor kah? Ada ikatan darah kah? Satu kampus kah? Satu SMA? Atau satu aktivitas? Dimanapun kita berada yang melandasi kekuatan tali persaudaraan itu adalah adanya ikatan hati diantara orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ikatan hati itu muncul dari ketulusan, keikhlasan untuk berkorban, hanya memberi tak harap kembali. Ketiga hal tersebut sulit untuk dilakukan manakala niat dalam hati saat menjalin persaudaraan/persahabatan hanya didasarkan kepada suatu hal yang terbatas atau semu (tidak kekal abadi). Karena tatkala persahabatan diuji, misalnya tidak dalam suatu kepanitiaan lagi, tidak satu aktivitas bersama lagi, tidak dalam satu kantor lagi, tidak satu sekolah lagi, dsb, maka ikatan persaudaraan itu semakin lama semakin pudar.
Lantas apa yang kekal abadi di dunia ini? Tentu saja Dzat yang mengguasai makhluk. Tatkala persaudaraan menuntut pengorbanan, maka hanya kepada-Nya lah setiap manusia memohon kekuatan, kesabaran, keteguhan, dan kemudahan. Sebuah kewajaran menurut saya ketika manusia mengharapkan sesuatu ketika memberi. Maka ketika persaudaraan didasarkan pada-Nya, hanya kepada Allah lah manusia mengharap balasan. Jika tidak di dunia maka di kampung akhirat lah ia mendapatkan suatu balasan yang setimpal.
Sabar untuk menang!
2 komentar Published Thursday, February 14, 2008 by titi inAda kalanya kita dituntut untuk melakukan sesuatu hal walaupun kita tidak terlalu menyukai pekerjaan tersebut. Setiap manusia pasti bisa melakukan hal apa pun asalkan disertai kerja keras dan kesungguhan. Yak, saya setuju dengan pernyataan tersebut. Hanya saja, jikalau ada orang lain yang bisa melakukan pekerjaan tersebut dengan sepenuh hati (karena dia menyukainya), maka akan diperoleh hasil yang maksimal dengan lebih menghemat energi, atau kita mengenalnya dengan istilah ‘efektif dan efisien’. Setiap manusia dikaruniai kelebihan-kelebihan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jikalau kita belum bisa berkarya di bidang tertentu, maka tidak boleh patah semangat, ada bidang lain yang sedang menunggu karya kita. Tetap optimis dalam pencarian bidang yang terbaik. Mungkin perlu ada trial and error saat menggali dan menemukan harta karun yang terpendam di dalam diri untuk kemudian memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar. Perlu kesabaran yang lebih, karena terkadang error-error muncul, membuat sedikit goncangan. “Sungguh beruntung menjadi seorang muslim, jika diberi nikmat ia bersyukur dan jika diberi ujian ia bersabar.” Goncangan itu meneguhkan kembali buhul tali keimanan yang sudah terjalin antara manusia dengan Rabbnya. “Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya terang.”
Ketika Nurani Bicara
0 komentar Published Friday, February 01, 2008 by titi inDikutip dari penjelasan Sayyid Qutb dalam tafsir Fi-Zhilalil Quran Juz 29 hal 118 :
“Orang yang memperhatikan akidah ini, seperti halnya orang yang memperhatikan perjalanan hidup Rasul yang membawanya, pasti akan menjumpai unsur akhlak sangat dominan dan sangat mendasar di dalamnya. Ia menjadi landasan tegaknya pokok-pokok hukum syari’at dan pokok-pokok hukum moral secara sama. Dakwah terbesar yang terkandung dalam aqidah ini menyerukan kepada kesucian, kebersihan, kepercayaan, kejujuran, keadilan, kasih saying, kebajikan, memelihara janji, kesesuaian antara ucapan dan perbuatan, dan kesesuaian keduanya secara bersamaan dengan niat dan kata hati; melarang perbuatan aniaya, zhalim, penipuan, licik, memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, melanggar kesucian dan kehormatan, dan menyebarkan perbuatan keji dalam bentuk apa pun. Keberadaan hukum-hukum syariat dalam aqidah ini dimaksudkan untuk melindungi dasar-dasar ini dan memelihara unsur akhlak, baik dalam perasaan maupun dalam perilaku, baik dalam lubuk hati maupun dalam realita sosial, baik dalam hubungan perorangan, hubungan sosial ataupun hubungan internasional.”
Sudah menjadi kecenderungan sebagian besar manusia untuk membalas keburukan dengan hal yang serupa. Jikalau suatu keburukan dibalas lagi dengan keburukan, maka apalah bedanya kita dengan yang lain?? Astaghfirullahal ‘azhim… Cukuplah Allah SWT sebagai pembela dan hakim yang seadil-adillnya. Waallahu a’lam bishowab.
Followers
About Me
- titi
- Someone who learns from real-life