My Third Nephiew was Born- long journey

Tanggal 10 Desember 2006 merupakan hari perkiraan kelahiran keponakanku yang ketiga, karena pada tanggal itu genap usia kehamilan kakakku 40 minggu. Namun, itu adalah prediksi dokter, terkadang bisa maju ataupun mundur. Hasil USG mengatakan ponakanku yang satu ini laki-laki lagi dan beratnya kurang lebih 3 kg.

Manusia hanya bisa berusaha dan berencana, namun Tuhan jua yang punya kehendak. Setelah kami semua menanti kelahirannya pada tanggal 10 Desember, dedek yang ada dalam perut kakakku tidak menunjukkan tanda-tanda kelahiran (ga mules-mules). Sampai dengan tiga hari pasca tanggal prediksi kelahiran, belum ada tanda-tandanya juga. Akhirnya pada tanggal 13 Des ’06 atau rabu sore, kakakku kontrol ke Rumah Sakit. Atas persetujuan dokter, kakakku memutuskan untuk diinduksi (dibikin mules) supaya si bayi segera keluar. Kakakku pingin bisa lahir normal-tidak di operasi cessar, sehingga langkah induksi pun diambilnya. Walaupun sebenarnya, bayarannya adalah rasa mules yang luar biasa hebat dibandingkan jika tidak diinduksi. Ya..tanya saja ke ibu hamil, gimana rasanya jika mules mau melahirkan. Apalagi jika harus diinduksi mulai dari pembukaan satu. Subhanallah.. pengorbanan yang luar biasa hebatnya.

Kamis- 14 Des ‘06, hari kedua kakakku menginap di rumah sakit. Beliau mulai dikasih infus yang diberi obat induksi, tapi masih bisa bercanda, ngobrol di telfon, dan mau makan. Sampai dengan malam harinya, kami-di rumah mendapatkan informasi bahwa beliau sudah pembukaan satu. Memang, selama kakak di rumah sakit, kita sering kontak-kontakan. Orang rumah tampaknya sudah ga sabar menanti kehadiran si jabang bayi, terutama mamah. Mamah paling perhatian dengan kondisi kakak. Mungkin intuisi keibuannya mengantarkannya untuk menemani kakak di saat-saat sulitnya. Bahkan tampaknya beliau lupa dengan kaki kirinya yang sering kesemutan dan sakit.

Jumat-15 Des ’06, hari ketiga. Mulai ada perkembangan, pada pagi hari pembukaannya sudah sampai dengan dua. Kakak iparku bilang, semalam (kamis malam) sampai dengan pagi ini, rasa mules yang dialami kakakku, makin hebat. Aku ditugaskan mamah untuk ngoplos kakak iparku. Beliau mau istirahat dan sholat jumat dulu. Kata mamah, kasian kakakku kalo ga ada yang nemenin. Walaupun saya tidak bisa berbuat banyak, paling enggak beliau ada teman untuk berbagi rasa sakit dan membantunya untuk bolak-balik ke kamar mandi. Selama saya menemaninya, saya sedikit merasakan kesakitan mules yang dilami kakak. Mules yang beliau rasakan, punya siklus. Semakin bertambah dosis obat mules yang ditambahkan, maka siklus mulesnya semakin cepat. Dan sepertinya mules yang dirasakannya amat luar biasa sakitnya. Hal itu bisa kurasakan dari remasan tangan kakak ke tanganku. Namun alhamdulillah, sampai dengan siang-sekitar pukul 13.00, kemulesan itu menghasilkan pembukaan lima. Kalo kata bidan sih, kalo memang sudah sampai 5 cm lagi, maka kurang lebih sore atau malam, sudah bisa melahirkan. Kurang lebih pk. 15.00, mamah nengok ke RS. Beliau bawa telor ayam kampung untuk sumber energi kakakku pas melahirkan nanti. Mamah hebat ya! Kalo sama aku, mba niks susah banget makannya. Tapi pas disuapin ama mamah, beliau mau makan euy! Sampai dengan sore pk.17.00 sebelum kami pulang, statusnya masih pembukaan lima. Malam harinya, kakak iparku menelpon, kami dapet kabar, masih di angka lima. Tampaknya ibuku cemas juga dengan keadaan kakak iparku, akhirnya dengan ditemani oleh saudara kembarku aku disuruh ke rumah sakit lagi untuk menginap di sana dan bergantian dengan kakak ipar, menemani dan mengurusi kebutuhan kakakku. Tapi setibanya di sana, ternyata tidak boleh ada seorang pun yang menginap di sisi pasien. Bahkan suamipun, diminta untuk menunggu di ruang tunggu. Segala macam keperluan kakak setiap malam, di-handle oleh suster jaga. Jadi, demi kebaikanku, aku tidak diijinkan menginap di rumah sakit oleh kakak ipar. Akibatnya, saya tidak jadi menginap dan pulang lagi ke rumah bersama saudara kembarku. Sebelum pulang, saya bertanya ke kakak, bagaimana statusnya. Ternyata masih pembukaan lima-enam awal. Proses yang cukup lama pikirku. Biasanya jeda antara tiap pembukaan tidak selama itu, apalagi jika sudah sampai pembukaan lima. Saat itu saya berharap, mudah-mudah kakakku segera melahirkan. Malam itu, kakak tidak diberi obat induksi melalui infus lagi, tapi dengan metode lain (saya lupa istilah kedokterannya). Soalnya kakak sudah ga tahan dengan siklus kontraksi yang cepat, cukup menguras energi. Jadi, setelah infus dicopot, kakak mulai merasa enakan dan bisa jalan-jalan. Mudah-mudahan dengan banyak jalan, membantu mempercepat proses kelahirannya.

Sabtu, 16 Des ’06, hari keempat. Sekitar jam 6 pagi kurang, telfon rumah berdering. Ternyata kakak iparku mengabarkan bahwa si dedek sudah keluar. Alhamdulillah, bayi dan ibunya sehat-sehat aja. Berat si bayi 3.65 kg dan tingginya 51 cm. Wow, rekor keluarga! Dua ponakanku sebelumnya beratnya tidak ada yang mencapai 3 kg. Pagi itu mamah langsung bersiap untuk ke rumah sakit menengok kakak dan cucunya yang ketiga. Siangnya, saya menyusul bersama saudara kembar, kakak kedua, dan sepupu-sepupu, pokoknya rame deh. Dedeknya lucu banget, menggemaskan-standar lah.. bayi. Tapi walaupun baru lahir, wajah dan perawakan gagahnya udah kelihatan lho.. ;D

“Setiap orang yang sudah merasakan sakitnya proses melahirkan, pasti akan menghormati ibunya lebih dari biasanya. Merasakan disini bukan berarti hanya dengan melakukan, tapi bisa melalui pengamatan dan pemahaman.”


0 komentar:

Post a Comment