'Life is not only for bread'

Bismillahirrahmanirrahim.

Kalimat judul di atas merupakan slogan dari perusahaan terkenal jepang, Masushita. Hidup tidak hanya untuk mencari kepuasan materi saja, tapi ada bentuk lainnya, yaitu kebahagiaan batin. Dalam bukunya Ary Ginanjar Agustian yang sedang saya baca-ESQ Power, setiap manusia memiliki fitrah untuk membangun kesadaran untuk menjalankan nilai-nilai kemanusiaan, seperti kejujuran, keterbukaan, kepedulian, saling membantu jika kesusahan, saling menyayangi, saling mengasihi, saling tolong, dll. Jadi, kesadaran untuk melakukan nilai-nilai kebaikan itu bukan hanya dibangun dari luar system, seperti ingin dipuji orang lain ataupun tuntutan peran, tapi ternyata itu adalah suatu kebutuhan yang setiap manusia akan merasa kehilangan jika kebutuhan tsb tidak terpenuhi. Dalam buku ESQ Power tersebut, dikemukakan beberapa contoh kasus yang sering terjadi di dunia eksekutif atau top level manager, yaitu kasus bunuh diri yang dilakukan oleh para eksekutif muda berumur 30-an, saat semua kebutuhan materinya sudah seluruhnya terpenuhi. Ketika semua kebutuhan materi sudah terpenuhi atau posisi sudah berada di wilayah kemapanan, lantas terbesit dalam pikiran mereka, “mau apa lagi sekarang?”. Mereka bingung, batinnya kering, hidup dalam keterasingan kemewahan dunia. Ada sesuatu yang hilang dalam diri mereka. Ternyata tidak selamanya kebahagiaan itu dapat dipenuhi dengan materi. Tapi bukan berarti kita pasrah dengan kondisi keduniaan kita sekarang, tanpa ingin berjuang memajukannya. Bukankah berbagi saat keadaan ekonomi cukup itu lebih bahagia dibandingkan, berbagi dalam kondisi kesusahan?

Ary Ginanjar mengungkapkan dalam buku ESQ nya, fitrah/kebutuhan yang membangun manusia untuk senantiasa melakukan kebaikan ada pada wilayah God Spot. Para ilmuwan pun meyakini keberadaannya. Kita lebih mengenal god spot tersebut dengan istilah suara hati nurani. Saat kita melalui hari-hari hidup di dunia, tentunya sering dihadapkan pada keadaan harus memilih tindakan yang akan dilakukan-setiap detik, setiap menit, dan setiap jam. Di sanalah peran hati nurani dalam mempengaruhi keputusan yang akan diambil, yaitu saat dihadapkan pada pilihan-pilihan ataupun kebiasaan-kebiasaan. Hanya saja, suara hati nurani dalam tiap manusia tidak selamanya didengar, ada berbagai macam belenggu yang seringkali meliputinya, yaitu prasangka dan paradigma. Untuk lebih lengkapnya, baca aja ya buku ESQ seri 1 dan 2 nya. Dijamin bagus deh! (jadi promosi nih… ;p) Buku itu mengajak kita untuk meningkatkan kemampuan IQ, EQ, dan SQ kita, menjadi pribadi yang kamil (seutuhnya). Peran God spot ini lebih memenuhi kebutuhan manusia dalam wilayah SQ (Spiritual Quation).

So, jika anda sekarang masih berkutat dalam paradigma materi di atas segala-galanya, maka cobalah untuk merubah paradigma tersebut, karena paradigma dunia mulai berubah, berubah menuju manusia yang mengoptimalkan wilayah IQ, EQ, dan SQ dalam dirinya, yang mampu melejitkan potensi dalam dirinya menuju kebahagiaan yang didam-idamkan.
Indahnya berbagi ilmu...;)
Waallahua’lambishowab.


0 komentar:

Post a Comment