Antara Idealisme, egoisme, dan apatisme...??

Bismillah...
Hayo kamu masuk dalam golongan yang mana? Mmmm...kalo saya sendiri termasuk golongan yang mana ya? Atau semua sifat itu ada dalam diri saya? Kayaknya gitu deh... ;p
Semalam, antara pk.23.00-24.00 wib, saya mendengarkan radio 102.65 MQ FM. Pada jam itu adalah saatnya acara 'Nuansa Malam' yang membahas tentang fenomena yang sering ditemui dalam keseharian kita. Nah, semalem tuh mengangkat tema 'Antara Idealisme dan Egoisme'. Kasus yang diangkat berkaitan dengan tema ini adalah kasus seorang aktivis-mahasiswa di salah satu universitas terkenal di bandung, yang meninggalkan kegiatan organisasinya untuk concern kuliah. Penyebabnya adalah tekanan orang tua dan keinginan aktivis tersebut untuk menekuni bidang kuliahnya lebih dalam lagi. Di sisi lain, kawannya seorganisasi-yang notabene juga merupakan seorang aktivis, menilai tindakan temannya tersebut sebagai suatu sikap yang egois. Bagaimana pendapatmu tentang kasus tsb?
Menurut saya ada 2 tipe orang SO (Study Only/Study Oriented), yaitu tipe apatis alias gak peduli dengan gejolak sosial di sekitarnya. Kejadian apapun itu selama itu tidak merugikan dirinya, ia tidak akan menggubrisnya-bahkan hanya untuk berkomentar. Sedangkan yang satunya lagi adalah tipe Idealis-pragmatis. Bukan berarti orang yang meninggalkan organisasi dan kemudian mulai concern ke kuliahnya, sudah tidak peduli lagi dengan masalah sosial ataupun masalah yang sedang menimpa bangsanya. Bisa jadi dia mulai membaca keadaan sosial yang terjadi di negara ataupun secara global, dan dia menemukan fenomena sebagai seorang mahasiswa yang lulus dengan titel SE, SSi, ST, SH, dsb, punya tanggung jawab tersendiri untuk membangun masyarakatnya dengan bidang ilmu yang ditekuni selama kurang lebih 5 tahun tersebut. Itulah gambaran tipe Idealis-pragmatis. Sedangkan apatis, memang lebih dekat kepada egois-yang penting urusan saya sudah beres-masa bodoh dengan yang lain. Menurut saudara sepupu saya, gak apa-apa lah sebagai mahasiswa hanya kuliah saja dulu tanpa kegiatan organisasi. Barulah nanti saat lulus, mulai ditumbuhkan rasa kepedulian dan nasionalisme pada diri mahasiswa tersebut. Atau seiring dengan berjalannya waktu dan semakin dewasanya sikap seseorang, maka secara otomatis rasa kepedulian dengan lingkungan sekitar akan semakin bertambah. Tapi, menurut saya kehidupan selama di kampus secara langsung ataupun tidak, memberikan kontribusi cukup besar dalam pembentukan cara pandang, pemikiran, dan karakter seseorang setelah ia dewasa. Bisa dibilang saat menjadi mahasiswa adalah saat pencarian jati diri yang mengambil porsi cukup besar dalam hidupnya, dengan semangatnya, gairah mudanya, nalarnya, dan kemudahan akses/informasi yang datang kepadanya. Jadi, ketika masa-masa tersebut dilewati begitu saja tanpa makna, maka akan cukup sulit untuk merubah cara pandangnya ketika dia dewasa, walaupun begitu saya tidak menafikan terdapat orang-orang yang berubah cara pandang, sikap, dan kepribadian setelah ia dewasa.
Masuk ke dalam golongan apapun kita, saya yakin selalu ada titik-titik nurani dalam diri setiap manusia yang menggugah rasa kepeduliannya. Jangan terlalu cepat menjustifikasi seseorang tanpa terlebih dahulu melihat latar belakangnya, karena itu akan mengurangi kebijaksanaan, rasa empati, dan simpati dalam diri kita, termasuk perlakuan/sikap kita terhadapnya. Tiap diri akan diminta pertanggungjawabannya suatu saat nanti. Tiada yang mengenal kita selain diri kita sendiri. Setiap pilihan meminta suatu konsekuensi, dan hadapilah konsekuensi itu dengan sebijaksana dan setegar mungkin. Mudah-mudahan kita senantiasa berada pada pilihan yang diridhoi-Nya... Amin.
Waallahua'lam bishowab.


1 komentar:

  1. Anonymous

    spend tenfold ignorance crystal commodity duly handshake truck toolkits pinpoint scotts
    masimundus semikonecolori

     

Post a Comment